Jumat, 20 November 2015

Sudamala (Artemisia vulgaris)



Manfaat dan Khasiat Sudamala (Artemisia vulgaris)

Nama Lokal :
Baru cina (Indonesia, Sumatera), Daun manis, brobos krebo; Beunghar kucicing, jukut lokot mala, suket gajahan (jawa); Kolo, goro-goro cina (Maluku), Daun Sudamala, cam cao; Ai ye (China).;

Berikut adalah gambaran mengenai Baru Cina. Berambut halus, tegak, tinggi mencapai 1 m, berbau tajam, menyenangi tanah yang cukup lembab dan tanah yang kaya humus, tumbuh liar di hutan dan di ladang. jenis yang biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat. Artemisia argyi Levl. et. Vant. Tanaman ini terdapat sampai 3.000 m di atas permukaan laut, berasal dari Cina. Tanaman ini merupakan herba setengah berkayu, percabangan banyak, beralur dan berambut. Daun berbentuk bulat-telur dengan tepi berbagi menjari ujung meruncing, kedua permukaan daun berambut halus. Warna daun hijau, di bagian bawah warna lebih putih, duduk berseling. Bunga merupakan bunga majemuk, kecil-kecil, warna kuning muda berbentuk bonggol tersusun dalam rangkaian berbentuk malai yang tumbuh menunduk, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai. Perbanyakan dapat dengan stek atau biji.

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit haid, Keguguran, Disentri, Keputihan, Susah punya anak; Muntah darah, mimisan, pendarahan usus, mudah persalinan;

Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun, seluruh tanaman.

KEGUNAAN:
1. Menstruasi berlebihan (banyak), sakit pada menstruasi
   (Dysmenorrhea), menstruasi tidak teratur.
2. Mencegah keguguran (Threatened abortion), pergerakan janin
   berlebihan.
3. Dysentery, keputihan.
4. Mempermudah persalinan, susah punya anak.
5. Muntah darah (hematemesis), mimisan (epistaxis), perdarahan usus
   (rectal haemorrhgia).

PEMAKAIAN:
10 - 30 gram rebus, minum.  Herba ini sudah dibuat tablet,
suntikan, minyak, aerosol (obat semprot mulut).

PEMAKAIAN LUAR:
Gangguan lambung, nyeri persendian (arthralgia), eczema, gatal-gatal (pruritus), bisul.  Dipakai sebagai moxa, dengan cara memanaskan titik-titik akupunktur.
Verruca vulgaris (kutil): A. argyi dilumatkan, tempelkan ke tempat kelainan beberapa kali sehari, selama + 30 hari.

CARA PEMAKAIAN:
1. Memulihkah tenaga akibat perdarahan sehabis melahirkan:
    4 pohon baru cina + 6 gelas air, direbus sampai sisa 2 gelas.
    Diminum sehari 2 x 1 gelas sebelum makan.

2. Lemah syahwat:
    15 - 45 gram biji digiling halus, makan.

3. Ayan (Epilepsi):
    1 genggam akar artemisia + 1 ibu jari jahe + 1 ibu jari gula  
    enau + 4 gelas air, rebus menjadi 2 gelas.  Sehari 2 x 1 gelas.

4. Sakit tenggorok:
    Herba segar ditumbuk, peras, minum airnya.

5. Disentri:
    Barucina + jahe segar, direbus sampai kental, minum 3 x.

Artemisia argyi, Levl et Vant:
Mempunyai khasiat untuk pengobatan carcinoma lambung, pembesaran kelenjar  payudara. juga dipakai untuk pengobatan hepatitis, prostatitis, bronchitis, menstruasi berlebihan, menstruasi tidak teratur dan nyeri menstruasi, dan penyakit-penyakit alergi. Herba ini menghambat pertumbuhan Hela cell.

EFEK SAMPING:
30% pasien yang memakai rebusan daun A. argyi mempunyai keluhan mulut kering, rasa tida enak di lambung (yang terbanyak), mual, muntah, mencret dan pusing, yang hilang bila memakai minyak daun A. argyi.

Komposisi :

SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa pahit, pedas, hangat. Menghilangkan rasa dingin, menghilangkan sakit, menghentikan perdarahan (hemostatic), melancarkan peredaran darah, mencegah keguguran, mengatur menstruasi. Herba ini masuk meridian ginjal, paru dan limpa.
KANDUNGAN KIMIA: Minyak menguap (Phellandrene, cadinene, thujvl alkohol), alfa-amirin, fernenol, dehydromatricaria ester, cineole, terpinen-4-ol, beta- karyophyllene, 1-quebrachitol. Akar dan batang : Inulin (mengandung artemose), Cabang kecil : Oxytocin, yomogi alkohol, dan ridentin.

http://budidaya-petani.blogspot.co.id/2013/12/manfaat-dan-khasiat-baru-cina-artemisia.html



Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana >>>



Sudamala (menghilangkan penyakit)


Sadewa pun mendapat julukan baru, 
yaitu Sudamala yang bermakna
"menghilangkan penyakit".


Kitab Kidung Sudamala
- R.S. Subalidinata

Cerita Sudamala berisi cerita ruwatan yang melibatkan tokoh Pandawa, terutama Sadewa. Isi ringkas cerita itu sebagai berikut: Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Wisesa dan Sang Hyang Asiprana menghadap Sang Hyang Guru memberi tahu, bahwa Dewi Uma berbuat serong dengan Sang Hyang Brahma. Dewi Uma lalu dikutuk berubah menjadi Durga, dan diberi nama Ranini.

Uma minta dikembalikan ke wujud semula, tetapi Sang Hyang Guru menolak. Dikatakannya,setelah menjalani kutuk selama dua belas tahun Ranini akan diruwat oleh Sadewa. Uma pergi ke Setra Gandamayu. Salah satu abdi pengiringnya bernama Kalika.

Sementara itu Dewa Citragada dan Citrasena juga dikutuk oleh Sang Hyang Guru, karena berbuat tidak sopan terhadap Sang Hyang Guru. Dua dewa itu menjadi berujud raksasa, bernama Kalantaka dan Kalanjana. Mereka berdua kemudian disuruh menyusul untuk menemani Ranini di Setra Gandamayu. Oleh Ranini dua raksasa tersebut diangkat menjadi anak dan membantu Duryodana, raja Hastina.

Mengetahui bahwa Kalantaka dan Kalanjana berpihak pada Duryodana, Pandawa menjadi cemas, Kunthi naik ke Kahyangan, minta agar Kalantaka dan Kalanjana dimusnahkan.

Setelah dua belas tahun, Ranini mengharap kedatangan Sadewa yang dijanjikan akan meruwatnya. Kunti datang di Setra Gandamayu, minta agar Ranini mau memusnahkan Kalantaka dan Kalanjana. Ranini tidak bersedia, karena amat sayang kepada mereka berdua yang diangkatnya sebagai anaknya.

Ranini minta agar Kunti menyerahkan Sadewa, tetapi Kunti tidak bersedia menyerahkannya, karena Sadewa bukan anaknya. Sebagai ganti, Ranini boleh memilih diantara tiga anaknya yaitu: Dananjaya, Bima atau Darmawangsa. Tetapi Ranini tidak menyukai mereka, kecuali Sadewa.

Kalika disuruh membujuk Kunti. Mula-mula Kalika tidak mau, karena dipaksa akhirnya mau juga. Kunti disihir oleh Kalika, lalu menjadi setengah sakit ingatan Kunti kemudian lari menemui Ranini. Ranini mendesak agar Sadewa segera diserahkan. Kunti kembali menemui anak-anaknya, lalu bercerita tentang permintaan Ranini. Para Pandawa tidak setuju. Kunti marah, Sadewa diseret hendak dibawa ke Setra Gandamayu. Kalika merasa berhasil lalu keluar dari tubuh Kunti. Kunti menjadi sadar lalu minta maaf kepada Sadewa.

Sadewa tidak jadi dibawa di tempat Ranini. Durga marah. Kalika disuruh merasuki Kunti lagi, sehingga Kunti kembali goncang ingatannya. Sadewa dipaksa ikut pergi ke Setra Gandamayu. Sesampainya di Setra Gandamayu, Sadewa diikat pada pohon randu, dan ditunggu oleh Semar. Kalika jatuh cinta pada Sadewa dan membujuk Sadewa agar mau menerima cintanya. Namun Sadewa tidak mau menanggapi, dan lebih baik mati dari pada membalas cinta Kalika. Kalika marah, ditabuhnya tong-tong yang ada disekitarnya. Tak lama kemudian, hantu-hantu keluar bedatangan menakut-nakuti Sadewa. Namun Sadewa tidak takut, bahkan dari tubuhnya mengeluarkan daya kesaktian yang luar biasa. Semua hantu yang menggoda pergi meninggalkan Sadewa.

Ranini datang menakut-nakuti Sadewa, tetapi Sadewa tidak ketakutan. Ranini minta belas kasihan kepada Sadewa, agar ia diruwatnya. Sadewa tidak mau karena tidak tahu cara meruwatnya. Ranini marah, Sadewa hendak dibunuh dengan kapak. Dunia menjadi gempar. Kebetulan Sang Hyang Narada berkeliling dunia, dilihatnya Sadewa yang terikat dan akan dibunuh oleh Ranini. Hyang Narada naik ke Kahyangan dan memberi tahu kepada Mahadewa dan Dewa Masno. Kemudian Mahadewa dan Hyang Narada menemui Batara Guru, memberi tahu tentang nasib Sadewa.

Batara Guru turun ke dunia menemui Sadewa. Sadewa disuruh meruwat Ranini, dan Batara Guru akan masuk ke tubuh Sadewa. Sadewa menyanggupinya. Ranini diminta memperhatikan perintahnya. Kapak minta dilepas dari tangan, lalu bersiap-siap untuk diruwatnya. Sadewa berdiri tegak memusatkan kesadaran, berdoa mengucapkan pujamantra. Ditaburkannya beras kuning, air suci dan bunga ke tubuh Ranini. Ranini menjadi cantik sekali. Wujud Durga hilang berubah menjadi wujud Uma yang cantik jelita, sempurna seperti dahulu kala.

Uma ke taman bercermin pada air telaga yang jernih. Ia menjadi gembira dan mengucapkan terimakasih kepada Sadewa, ia bersyukur hukumannya telah selesai. Ia merasa berhutang kepada Sadewa. Sadewa disebutnya Sang Sudamala, karena ia telah menghapus wujud yang jahat. Selanjutnya Sang Sudamala disuruh pergi ke Prangalas, tempat petapaan Tambapetra. Sadewa dianugerahi senjata lalu berangkat ke Prangalas.

Kalika minta diruwat juga, tetapi Sadewa tidak mau, Kalika menemui Semar, ia minta diruwatnya. Semar bersedia meruwat asal disediakan sajian sebakul nasi, satu daging anjing panggang dengan berbumbu, dan satu guci tuak. Tetapi kesanggupan Semar hanya tipuan belaka. Setelah semua permintaan di siapkan, segera dimakan habis oleh Semar. Kalika tidak diruwat, karena Semar tidak dapat meruwatnya.

Uma kembali ke Kahyangan, Kalika ditinggal di taman. Kelak Sadewa akan datang untuk meruwatnya.

Sadewa menemui Tambapetra. Tambapetra yang buta datang dibimbing oleh muridnya. Mereka menyongsong kedatangan Sadewa. Kedatangan Sudamala di petapaan atas perintah Uma, untuk menyembuhkan penyakit sang petapa. Sudamala melaksanakan perintah itu. Kemudian Sadewa, berdoa, bunga ditaburkan dan air suci dipercikan di tubuh sang petapa. Tak berapa lama kemudian penyakit sang petapa sembuh. Tambapetra dapat melihat dunia seisinya. Bukan main gembiranya. Dengan tergopoh-gopoh ia memanggil ke dua anaknya untuk disuruh menghormat kedatangan Sadewa.

Sirih pinang disuguhkannya, kemudian disusul hidangan tuak, air tape, nasi dan lauk pauk. Mereka makan bersama. Ke dua anak sang petapa bernama Ni Soka dan Ni Padapa diserahkan kepada Sadewa. Semar iri lalu berkata kepada sang petapa untuk minta diberi putrid seperti Sadewa. Petapa Tambapetra menuruti permintaan Semar. Semar diberi abdi wanita bernama Tohok.

Sadewa mempunyai saudara kembar yang bernama Sakula. Sejak kepergian Sadewa dari istana, Sakula terus mencarinya. Lalu Sakula pergi ke Setra Gandamayu. Ia berjumpa dengan Kalika. Kalika mengira bahwa yang datang adalah Sadewa untuk meruwat dirinya. Maka cepat-cepat Kalika menyongsong kedatangan Sakula. Sakula mengaku bahwa ia bukan Sadewa, tetapi saudara kembarnya. Maka kemudian Kalika bercerita tentang Sadewa, lalu menunjuk jalan yang menuju ke Prangalas.

Kedatangan Sakula di Prangalas disambut oleh Semar. Semar memberitahu kepada Sadewa. Sadewa cepat datang kemudian memeluk saudaranya. Soka dan Padapa diminta menemui Sakula. Sakula dijamu nasi beserta lauk pauk dan minuman. Sadewa memberi Soka untuk isteri Sakula.

Kalantaka dan Kalanjaya mengira Sadewa telah meninggal bersama Sakula. Mereka berunding untuk memusnahkan Bima, Arjuna dan Darmawangsa. Dilem dan Sangut diminta mempersiapkan prajurit. Perajurit Kalantaka hendak menyerang Pandawa bersama perajurit Korawa.

Arjuna meyongsong kedatangan musuh. Musuh yang datang dihujani anak panah, tetapi Kalantaka amat sakti. Bima datang membantu, tetapi musuh tidak terlawan juga. Bima dan Arjuna mundur dari medan perang. Sadewa dan Sakula datang ingin membantu saudaranya. Kunti amat gembira. Sadewa telah kembali. Kedua putra Pandawa itu bercerita perihal nasib mereka.

Kalanjana datang menyerbu, Sakula dan Sadewa menyongsong kedatangan musuh. Kalanjana mati oleh senjata Sadewa anugerah Uma. Kemudian Kalantaka juga mati oleh senjata sakti itu. Habislah perajurit Kalanjana.

Sakula dan Sadewa hendak kembali ke istana. Tiba-tiba datanglah dua bidadara menemui Sadewa. Dua bidadara itu tidak lain adalah Citragada dan Citrasena, yang semula dikutuk menjadi raksasa Kalantaka dan Kalanjana. Mereka telah diruwat oleh Sadewa dan berwujud seperti semula. Sabagai ucapan terimakasih kedua bidadara itu berdoa semoga keluarga Pandawa panjang usia, hidup bahagia dan sejahtera.

Citragada dan Citrasena kembali ke Kahyangan, Sadewa dan Sakula kembali ke istana, berkumpul dengan saudara-saudaranya.

Sumber Cerita: Kidung Sudamala, edisi P.V an Stein Callenfels, 1925

https://wayang.wordpress.com/2010/03/07/banjaran-pandawa-6-kitab-nawaruci-dan-kitab-sudamala/
https://wayang.wordpress.com/2010/03/07/banjaran-pandawa-7-kidung-sudamala/
http://ngalam.id/read/5219/raden-sudamala/





Candi Sukuh terletak di lereng barat G. Lawu,
tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, 
Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Relief pertama menggambarkan Dewi Kunti palsu yang merupakan penyamaran Bathari Durga yang mendatangi Sadewa dan meminta satria itu 'meruwat' (menghilangkan kutukan) dirinya.


Relief kedua menggambarkan ketika Bima, kakak Sadewa, berperang dengan seorang raksasa. Tangan kiri Bima mengangkat tubuh raksasa, sedangkan tangan kanannya menancapkan kuku Pancanaka (senjata pusaka Bima) ke perut lawannya.


Relief ketiga menggambarkan Sadewa, yang menolak untuk 'meruwat' Bathari Durga, diikatkan ke sebuah pohon. Di hadapannya berdiri Bathari Durga yang mengancamnya dengan menggunakan sebilah pedang.


Relief keempat menggambarkan pernikahan Sadewa dengan Dewi Pradhapa yang dianugerahkan kepadanya karena berhasil 'meruwat' Bathari Durga.


Relief kelima menggambarkan Sadewa beserta pengiringnya menghadap Dewi Uma yang telah berhasil diruwat.

http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2013/09/candi-sukuh-karanganyar.html
http://candi.pnri.go.id/temples/deskripsi-jawa_tengah-candi_sukuh





Sadewa merupakan tokoh utama dalam Kakawin Sudamala, yaitu karya sastra berbahasa Jawa Kuna peninggalan Kerajaan Majapahit. Naskah ini bercerita tentang kutukan yang menimpa istri Batara Guru bernama Umayi, akibat perbuatannya berselingkuh dengan Batara Brahma. Dikisahkan bahwa Umayi berubah menjadi rakshasi bernama Ra Nini, dan hanya bisa kembali ke wujud asal apabila diruwat oleh bungsu Pandawa. Maka, Sadewa pun diculik dan dipaksa memimpin prosesi ruwatan. Setelah dirasuki Batara Guru, barulah Sadewa mampu menjalankan permintaan Ra Nini. Sadewa pun mendapat julukan baru, yaitu Sudamala yang bermakna "menghilangkan penyakit". Atas petunjuk Ra Nini yang telah kembali menjadi Umayi, Sadewa pun pergi ke desa Prangalas menikahi putri seorang pertapa bernama Tambrapetra. Gadis itu bernama Predapa.




Sebelum pecah Baratayuda, ada dua raksasa penjelmaan Citraganda dan Citrasena yang bernama Kalantaka dan Kalanjaya yang datang ke Astina hendak membantu kerajaan Astina. Kedua raksasa tersebut sebenarnya hanyalah jin biasa, namun karena dikutuk oleh Batara Guru akibat mengintip Batara Guru dan Dewi Uma yang sedang mandi di telaga. Kehadiran kedua raksasa tersebut tenyata menimbulkan kegusaran dalam diri Dewi Kunti. Dewi Kunti lalu memohon pada Batari Durga agar kedua raksasa tersebut dimusnahkan. Batari Durga meminta Sadewa sebagai tumbalnya. Mendengar hal itu, Dewi Kunti tidak setuju dan kemudian kembali ke Amarta. Batari Durga kemudian menyuruk Kalika, seorang jin anak buahnya untuk menyusup kedalam tubuh Dewi Kunti. Dalam keadaan kerasukan, Dewi Kunti menyuruh sadewa sebagai tumbal dan diminta menghadap Batari Durga. Sadewa pun hanya menurut perintah ibu tirinya yang telah mengasuhnya dari kecil.

Sesampainya di hutan, Batari Durga minta diruwat oleh Sadewa menjadi putri yang cantik. Sadewa tidak sanggup melakukannya dan lalu akan dimangsa oleh Batari Durga. Sang Hyang Narada yang mengetahui hal itu lalu melaporkannya pada Batara Guru. Batara Guru lalu merasuk kedalam tubuh Sadewa dan meruwat Batari Durga. Kemudian kedua raksasa jelmaan Citraganda dan Citrasena dimusnahkan. Cerita ini dikenal dengan lakon Sudamala.






Dalam cerita Sudamala, Sakula atau Nakula memperisteri Soka dan Sadewa memperisteri Padapa, setelah Sadewa menyembuhkan Tambapetra ayah dua perempuan itu (Sudamala: IV. 81).






Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana >>>






Jamu Godog Merapi Farma Herbal



Jamu Godog
Merapi Farma Herbal
Jl Kaliurang Km. 21,5 Hargobinangun, Pakem, Sleman Jogjakarta

Jaganita


Khasiat dan Kegunaan: Untuk menjaga kesehatan wanita dan menyegarkan badan.

Komposisi Bahan: Elephantopi Herba 20 g, Amaranthi spinosi Folium 20 g, Curcumae Rhizoma 40 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Zingiberis aromaticae Rhizoma 40 g, Piperis Folium 16 g, Cubebae fructus 10 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagapria


Khasiat dan Kegunaan: Untuk menjaga kesehatan pria dan menyegarkan badan.

Komposisi Bahan: Tribulus Herba 30 g, Curcumae Rhizoma 40 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Retrofracti Fructus 10 g, Sappan Lignum 20 g, Cubebae Fructus 6 g, Piperis nigri Fructus 6 g, Zingiberis aromaticae Rhizoma 40 g, Blumeae Folium 26 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagapinggang


Khasiat dan Kegunaan: Membantu meredakan sakit otot pinggang dengan gejala pinggang terasa panas dan pegal dan membantu melancarkan buang air seni.

Komposisi Bahan: Sonchi Folium 20 g, Phyllanthi Herba 20 g, Curcumae Rhizoma 40 g, Imperatae Radix 26 g, Orthosiphonis Folium 28 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Foeniculi Fructus 10 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagacok


Khasiat dan Kegunaan: Membantu meredakan pegal linu dan encok

Komposisi Bahan: Eugenia polyantha Folium 16 g, Alstoniae Cortex 20 g, Androgaphidis Herba 30 g, Curcumae Rhizoma 60g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Curcumae domesticae Rhizoma 30 g, Retrofracti Fructus 10 g, Ortosiphonis Folium 28 g, Caryophilli Flos 6 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tan
ah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagalinu


Khasiat dan Kegunaan: Membantu meredakan pegal linu

Komposisi Bahan: Zingiberis aromaticae Rhizoma 40 g, Curcumae Rhizoma 60 g, Andrographidis Herba 30 g, Leucas levandulifoliae Folium  20 g, Retrofracti Fructus 10 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Ortosiphonis Folium 20 g, Piperis nigri Fructus 6 g, Foeniculi Fructus 6 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagangin


Khasiat dan Kegunaan: Membantu meredakan masuk angin dengan gejala kepala terasa pusing, perut mual, kembung dan meriang.

Komposisi Bahan: Melaleuca Fructus 40 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Usneae Thallus 20 g, Caryophilli Flos 10 g, Retrofracti Fructus 10 g, Foeniculi Fructus 6 g, Burmanni Cortex 20 g, Cubebae fructus 10 g, Kaempferae Rhizoma 20 g, Zingiberis aromaticae Rhizoma 40 g, Elephantopi Herba 20 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagamaag


Khasiat dan Kegunaan: Membantu memelihara kesehatan lambung, membantu mengurangi mual dan kembung

Komposisi Bahan: Kaempferae Rhizoma 20 g, Psidium Folium 16 g, Usneae Thallus 20 g, Burmanni Cortex, 20 g, Curcumae domesticae Rhizoma 30 g, Blumeae Folium 16 g, Piperis Folium 16 g, Curcumae Rrhizoma 60 g, Foeniculi Fructus 6 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagaku


Khasiat dan Kegunaan: Menambah keperkasaan dan kesehatan pria.

Komposisi Bahan: Tribulus terrestis Herba 60 g, Eurycomae Radix 30 g, Retrofracti Fructus 10 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Piperis nigri Fructus 6 g, Pimpinelae Radix 20 g, Talini paniculati Radix 20 g, Psidii Folium 16 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagalangset


Khasiat dan Kegunaan: Membantu mengurangi lemak dan membantu menurunkan berat badan

Komposisi Bahan: Guazumae Folium 40 g, Kaempferae angustifolia Rhizoma 40 g, Parameriae Cortex 20 g, Ortosiphonis Folium 20 g, Phyllanthi Herba 20 g, Piperis Folium 16 g, Curcumae domesticae Rhizoma 20 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagasrol


Khasiat dan Kegunaan: Membantu mengurangi lemak darah dengan gejala mudah pegal di punggung, sering pusing, semutan dan cepat lelah.

Komposisi Bahan: Guazumae Folium 20 g, Murrayae Folium 16 g, Curcumae heynae Rhizoma 40 g, Orthosiphonis Folium 20 g, Phyllanthi Herba 20 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Foeniculi Fructus 6 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jaganis


Khasiat dan Kegunaan: Membantu meringankan kencing manis dengan gejala mudah letih, lesu, lelah, ngantuk, rasa cepat haus dan lapar, bila luka sukar disembuhkan.

Komposisi Bahan: Alsthoniae Cortex 20 g, Tinospora Caulis 20 g, Phaleria macrocarpa Fructus 36 g, Androgaphidis Herba 30 g, Orthosiphonis Folium 20 g, Blumeae Folium 16 g, Curcumae aeruginosae Rhizoma 60 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagatu


Khasiat dan Kegunaan: Membantu meluruhkan batu di ginjal, membantu melancarkan buang air kecil, membantu meredakan sakit otot pinggang

Komposisi Bahan: Sonchi Folium 16 g, Sericocalycis folium 10 g, Imperatae Rhizoma 26 g, Phyllanthi herba 20 g, Centellae Herba 20 g, Curcumae domesticae Rhizoma 20 g, Androgaphidis Herba 20 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagatung


Khasiat dan Kegunaan: Membantu memelihara kesehatan jantung, mencegah gejala nyeri dada, mudah letih, batuk – batuk, mudah berdebar-debar akibat sakit jantung

Komposisi Bahan: Blumeae Folium 26 g, Kaempferae Rhizoma 20 g, Rauwolfia Radix 6 g, Ligustrinae Lignum 20 g, Orthosiphonis Folium 20 g, Leucas levandulifolia Folium 20 g, Eugeniae Folium 6 g, Amomi Fructus 10 g, Foeniculi Fructus 6 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagamuk


Khasiat dan Kegunaan: Membantu memperbaiki nafsu makan, Membantu memelihara kesehatan pencernaan

Komposisi Bahan: Curcumae Rhizoma 60 g, Curcumae aeruginosae Rhizoma 60 g, Retrofracti Fructus 10 g, Zingiberis aromaticae Rhizoma 40 g, Caricae Folium 26 g, Centellae Herba 20 g, Foeniculi Fructus 10 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.


Jagatal


Khasiat dan Kegunaan: Membantu mengurangi gatal – gatal pada kulit

Komposisi Bahan: Tinospora Caulis 20 g, Curcumae Rhizoma 60 g, Amaranthi spinosi folium 20 g, Curcumae domesticae Rhizoma 30 g, Phyllanthi Herba 20 g, Elephantopi Folium 16 g, Curcumae aeruginosae Rhizoma 60 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.



Jagaranggi



Khasiat dan Kegunaan: Membantu mengurangi tekanan darah tinggi yang ringan

Peringatan Perhatian: Hanya untuk penderita darah tinggi yang telah ditetapkan oleh dokter, Selama penggunaan konsultasikan pada dokter sacara berkala

Komposisi Bahan: Serpentin Radix 6 g, Switenia mahagoni Semen 6 g, Perseae Folium 20 g, Ortosiphonis Folium 28 g, Phyllanthi Herba 20 g, Morindae Fructus 20 g, Andrographidis Herba 20 g, Burmanni Cortex 20 g, Foeniculi Fructus 10 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.



Jagasma



Khasiat dan Kegunaan: Membantu meredakan sesak nafas

Komposisi Bahan: Caryophilli Flos 6 g, Menthae arvensitis Herba 10 g, Amomi Fructus 10 g, Cubebae Fructus 6 g, Kaempferae Rhizoma 20 g, Vitecis Folium 30 g, Blumeae Folium 26 g, Burmanni Cortex 20 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.



Jagasrat



Khasiat dan Kegunaan: Membantu menurunkan asam urat dengan gejala ngilu / nyeri pada otot / urat persendian kaki, tumit, dan jari-jari tangan

Komposisi Bahan: Sidae Herba 20 g, Eugenia polyantha Folium 16 g, Zingiberis aromaticae Rhizoma 40 g, Orthosiponis Folium 28 g, Phyllanthi Herba 20 g, Foeniculi Fructus 6 g, Amomi Fructus 6 g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Caryophilli Flos 6 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.



Jagawas



Khasiat dan Kegunaan: Membantu meredakan pegal linu dan encok

Komposisi Bahan: Eugenia polyantha Folium 16 g, Alstoniae Cortex 20 g, Androgaphidis Herba 30 g, Curcumae Rhizoma 60g, Zingiberis Rhizoma 20 g, Curcumae domesticae Rhizoma 30 g, Retrofracti Fructus 10 g, Ortosiphonis Folium 28 g, Caryophilli Flos 6 g.

Cara Penggunaan: Semua bahan di rebus dengan kuali tanah atau panci stainlees steel dengan air 16 gelas @ 200 cc, sampai mendidih kemudian ditunggu mendidih selama 5 menit . Aturan pakai ; diminum sehari 3x sebelum atau sesudah makan, setiap kali minum 1 gelas. Satu bungkus ini untuk 9x minum, setiap 12 jam (pagi dan sore) jamu dipanasi sampai mendidih.

  





Sejarah Jamu Indonesia



Jamu dalam Lingkaran Perjalanan

Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah “jamu” berasal dari singkatan dua kata bahasa Jawa Kuno yaitu “Djampi” dan “Oesodo”. Djampi berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa dan ajian-ajian sedangkan Oesodo berarti kesehatan. Pada abad pertengahan (15-16 M), istilah oesodo jarang digunakan. Sebaliknya istilah jampi semakin popular diantara kalangan keraton. Kemudian sebutan “jamu” mulai diperkenalkan kepada publik oleh “dukun” atau tabib pengobat tradisional. Bukti bahwa jamu sudah ada sejak jaman dulu dan sering dimanfaatkan adalah dengan adanya relief Candi Borobudur pada masa Kerajaan Hindu-Budha tahun 722 M, di mana relief tersebut menggambarkan kebiasaan meracik dan minum jamu untuk memelihara kesehatan. Bukti sejarah lainnya yaitu penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan Kerajaan Hindu-Majapahit yaitu adanya profesi “tukang meracik jamu” yang disebut Acaraki.

Secara historis kitab yang berisi tentang tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional yang ada di Indonesia diantaranya pada tahun 991-1016 M, perumusan obat dan ekstraksi dari tanaman ditulis pada daun kelapa atau lontar, misalnya seperti Lontar Usada di Bali, dan Lontar Pabbura di Sulawesi Selatan. Beberapa dokumen tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia, pengetahuan mengenai formulasi obat dari bahan alami juga telah dibukukan, misalnya Bab kawruh jampi Jawi oleh keraton Surakarta yang dipublikasikan pada tahun 1858 dan terdiri dari 1734 formulasi herbal.

Terdapat Serat primbon jampi jawi karya Sri Sultan Hamengku Buwono II, Raja Mataram yang memerintah pada tahun 1792 – 1828. Para leluhur zaman itu sudah memperhatikan kesehatan tubuh dan juga kecantikan dengan adanya ribuan resep yang tertulis dalam kitab tersebut yang merupakan ramuan untuk kecantikan kaum wanita. Kitab Primbon Jampi Jawi tersebut terbilang referensi tertulis tentang jamu-jamu kecantikan tertua yang berasal dari Kerajaan Mataram (Ngayogyakarto Hadiningrat). Menurut Adjikoesoemo, cucu BRAY. Poedjokoesoemo, istri adik Sri Sultan HB IX, buku ini diperkirakan ditulis Sri Sulran HB II saat berada dalam masa pembuangan pada zaman kolonial Belanda.

Selain itu juga terdapat dalam manuskrip koleksi Pura Pakualaman dan Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna. Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman memuat dua naskah tentang jamu yakni naskah Primbon (Pr.10) dan naskah Buku Jampi (Ll.5). Kemudian, di dalam Kitab PrimbonLukmanakim Adammakna dijumpai berjenis resep jamu yang dibagi ke dalam empat kategori 1) primbon jalu usada (aneka jamu sehat lelaki), 2) primbon wanita usada (kumpulan jamu sehat perempuan), 3) primbontriguna usada (jejamu untuk berbagai kebutuhan), dan 4) primbon rarya usada (jamu-jamu khusus untuk anak-anak). Disebutkan pula berbagai sinonim jamu seperti tamba, sarana, srana, jamu srana atau banyu omben-omben.

Sedangkan dalam Serat Centhini yang tersimpan di perpustakaan Keraton Surakarta merupakan penjelasan terbaik tentang pengobatan penyakit di jaman Jawa kuno, di mana selalu digunakan obat-obatan yang berasal dari alam dan kebanyakan di antaranya mudah diberikan. Buku yang dibuat oleh salah seorang putera Kanjeng Sinuhun Sunan Pakubuwono IV yang pada saat itu memerintah kerajaan Surakarta di periode 1788 – 1820 Masehi. Putera sang raja ini memerintahkan 3 bawahannya untuk mengumpulkan semua informasi ilmu pengetahuan tentang budaya Jawa yang berkaitan dengan aspek spiritual, bahan-bahan, ilmiah dan keagamaan. Hasilnya berupa laporan sebanyak 12 jilid dengan 725 stanza. Selain serat Centhini, ada juga Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi. Ini merupakan satu di antara dua catatan yang tersimpan di perpustakaan Keraton Surakarta. Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi bisa jadi merupakan informasi yang paling sistimatis tentang jamu. Di kitab ini tercatat 1.734 resep jamu yang terbuat dari herba alami berikut rekomendasi penggunaan dan dosisnya.

Perkembangan industri jamu di Indonesia sendiri baru mulai tumbuh pada sekitar tahun 1900-an dimana pabrik-pabrik jamu besar mulai berdiri di Indonesia seperti Jamu Jago, Mustika Ratu, Nyonya Meneer, Leo, Sido Muncul, Jamu Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Air Mancur, Jamu Pusaka Ambon, Jamu Bukit Mentjos, dan tenaga Tani Farma (Aceh).

Itulah, sedikit tentang sejarah jamu yang dirangkum dari berbagai sumber untuk menambah pengetahuan dan dapat di tampilkan disini. Semoga khasanah ini menjadikan semangat bagi kita semua untuk mencintai produk warisan leluhur yang adiluhung ini untuk di manfaatkan bagi kesejahteraan bersama. (yd)

https://merapifarmaherbal.wordpress.com/2015/03/18/jamu-dalam-lingkaran-perjalanan/

 

Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana >>>



Pengobatan Indonesia Kuno



Jenis Dan Bentuk Pengobatan Pada Relief Candi Borobudur


Pada awalnya konsep tentang penyakit selalu dihubungkan dengan segala sesuatu yang tidak enak. Konsep ini menganggap keadaan sakit adalah kejadian yang dikehendaki oleh dewa-dewa penguasa dengan maksud tertentu atau balasan dari roh-roh jahat. Penyakit dapat juga timbul karena akibat fisik, tetapi pada dasarnya selalu dihubungkan dengan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat, misalnya karena kekuatan black magic. Keadaan tersebut dianggap tidak dapat sembuh kecuali melakukan perbuatan yang juga tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat, misalnya berhubungan dengan alam supranatural atau dengan memanggil dewa atau roh (Graeve, 1978:586).
Pada perkembangan berikutnya, konsep tentang penyakit mulai agak berubah. Manusia mulai menyadari bahwa penyakit disebabkan oleh alam, di mana mereka tidak dapat beradaptasi dengan baik (Risse, 1978:583). Ada pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan tentang obat-obatan di Indonesia sudah ada sebelum masuknya pengaruh India (Satyawati Sulaiman, 1986:177). Pendapat tersebut mengatakan bahwa sebelum orang-orang Indonesia dapat membaca dan menulis, sudah ada seorang pemimpin yang didampingi seorang pendeta untuk upacara-upacara dan seorang dukun untuk soal magis dan obat-obatan.
Pengetahuan tentang kesehatan semakin tampak pada masa Klasik. Berdasarkan data relief, prasasti, dan naskah kesusasteraan pada masa klasik menunjukkan adanya profesi dibidang kesehatan. Dari data relief dapat diamati pada relief Karmawibhangga Candi Borobudur terdapat panil yang menunjukkan adegan pertolongan terhadap orang sakit, rasa bersyukur atas kesembuhan dari sakit, juga proses kelahiran yang dilakukan oleh dukun beranak.

A. Data Relief

Data artefaktual di bidang kesehatan terutama mengenai pengobatan pada masa Jawa Kuna terdapat pada relief Karmawibhangga Candi Borobudur. Relief mempunyai maksud dan peranan penting dalam seni bangunan candi, relief sebagai media visual yang memiliki beberapa fungsi diantaranya fungsi edukatif. Fungsi edukatif ditunjukkan pada inti filosofi penggambaran relief yang berisikan tuntunan atau pendidikan moral bagi kehidupan manusia. Ungkapan unsur-unsur pada relief dapat memberikan petunjuk tentang perkembangan budaya, teknik, seni, religi, keadaan sosial masa lalu, bahkan mengenai kesehatan masyarakat Jawa kuna.
Pada relief Karmawibhangga panil 18 menggambarkan seorang laki-laki mendapat perawatan beberapa wanita, ada yang memijat kepalanya, memegang tangan dan kakinya. Orang-orang di sekitarnya tampak bersedih.
Pada panil 19 menunjukkan adegan beberapa orang yang sedang memberikan pertolongan pada seorang laki-laki yang sedang sakit. Ada yang memijat kepalanya, menggosok perut serta dadanya, juga ada seseorang yang membawa obat. Di sampingnya terdapat adegan yang memperlihatkan suasana bersyukur atas kesembuhan seseorang.

Pada panil 78 juga terdapat adegan yang sama yaitu seorang wanita sedang memegang lengan laki-laki yang sedang sakit, sementara adegan yang lain beberapa orang sedang mengobati dua orang laki-laki sakit kepala dengan cara memegang kepalanya. Pada panil 3 terdapat adegan proses kelahiran, tampak seorang wanita hamil sedang dibantu beberapa wanita, diantaranya seorang dukun beranak. Relief kelahiran juga terdapat di Candi Brahma kompleks Candi Prambanan. Proses kelahiran tersebut digambarkan dibantu oleh seorang wanita yang dianggap sebagai dukun beranak.

B. Data Prasasti

Data prasasti tidak langsung menyebut tentang masalah kesehatan, melainkan hanya nama-nama profesi yang dapat dihubungkan dengan kesehatan. Dari data prasasti yang dikeluarkan pada sekitar abad XIV – XV M, terdapat nama-nama yang berhubungan dengan profesi kesehatan. Prasasti tersebut yaitu prasasti Balawi, Sidoteka, Bendosari, Biluluk, dan Madhawapura. Uraian isi prasasti-prasasti tersebut yaitu :
1. Prasasti Balawi
Prasasti Balawi berangka tahun 1305 M. Kutipan dari bagian prasasti tersebut adalah:
V.2. …, juru gusali (pandai besi), tuha nambi (tukang obat), tuha dagang (ketua pedagang), pinta palaku, sakupang satak (?), pakuda (pengurus kuda),……..
3. pang (?), parajeg (?), pacicim (?), pajle (?), pa -, patelung kupang (?), pana -, panakupang (?), paprayaccita (penjaga kebersihan upacara), kdi (dukun wanita), walyan (tabib), widu mangidung (penyanyi kidung), ….

2. Prasasti Sidoteka
Prasasti Sidoteka disebut juga prasasti Jayanegara II. Prasasti tersebut berangka tahun 1323 M. Kutipan dari bagian prasasti tersebut adalah:
6.b. …, tuha dagang (ketua pedagang), tuha nambi (tukang obat), ………………………….wli tamba (orang yang mengobati penyakit),…………………

3. Prasasti Bendosari
Prasasti Bendosari disebut juga prasasti Manah i Manuk dan prasasti Jayasong. Prasasti Bendosari berangka tahun 1360 M. Kutipan dari bagian prasasti tersebut adalah:
5. kepada orang-orang tua dalam pertapaan di Pakandangan, sebidang sawah 16 lirih (satuan ukuran luas tanah), kepada lingkaran perdikan di Kuku 2 lirih, kepada janggan (tabib desa) di …………………

4. Prasasti Biluluk
Prasasti Biluluk berasal dari masa pemerintahan raja Hayam Wuruk (1350 M – 1389 M) dan Wikramawardhana (1389 M – 1429 M). Kutipan dari bagian prasasti tersebut adalah:
Sisi muka :
4. “ …, selanjutnya segala penjaga tanah perdikan yang menjalankan usaha pekerjaan, semuanya masing-masing satu, mereka itu dibebaskan dari segala macam beban bea dan cukai, yaitu (yang berkaitan dengan) padadah (pemijatan), pawiwaha (perkawinan),

5. Prasasti Madhawapura
Prasasti Madhawapura tidak berangka tahun, akan tetapi dari gaya bahasanya dapat diketahui dari masa kerajaan Majapahit. Kutipan dari bagian prasasti tersebut adalah:
Sisi muka :

2. pembuat pakaian (abhasana) tiga dasar (ukuran), angawari (pembuat kuali) acaraki (penjual jamu), ….

C. Data Naskah Kesusasteraan

Data naskah kesusasteraan kutipan isinya lebih jelas menyebut tentang profesi kesehatan, berbagai jenis penyakit, dan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit. Naskah kesusastraan periode Jawa Timur pada abad XIV – XV M terdapat kutipan pada bagian cerita yang menunjukkan kegiatan dibidang kesehatan yaitu kitab Agama, Sarasamuccaya, Rajapatigundala, Korawacrama, dan Pararaton. Uraian isi naskah kesusasteraan tersebut yaitu:

1. Kitab Agama

Kitab Agama disebut juga kitab Kutaramanawa. Kitab ini berasal dari masa pemerintahan Rajasanegara (Slamet Muljana, 1967: 10). Kutipan dari masing-masing pasal tersebut:
62. “Barang siapa kena perang akibat kelalaian, karena yang memerang tidak sengaja atau tidak tahu, jika tidak menderita luka atau sakit, yang memerang itu tidak dikenakan denda. Jika yang kena perang itu menderita luka, supaya yang memerang membayar uang pembeli obat cukup sampai lukanya sembuh, dan dikenakan denda lima ratus oleh raja yang berkuasa”.

113. “Seorang gadis berhak membatalkan perkawinannya, setelah di tempat tidur mengetahui bahwa lakinya menderita penyakit (yang mengurungkan perkawinan) misalnya sakit kuming, impoten untuk persetubuhan, bukan laki-laki (banci), mempunyai penyakit budug pada perut, pada paha, pada pantat, tidak kelihatan dari luar; menderita sakit ayan atau gila. Dalam hal yang demikian itu gadis tersebut berhak untuk membatalkan perkawinannya. Ia wajib mengembalikan tukon tanpa lipat dua”.

190. “Jika ada orang menebang pohon, menjatuhi orang atau melempar tidak dengan sengaja kena orang atau binatang, kemudian mengatakan bahwa itu adalah kesalahan orang yang kena lemparan atau tertimpa pohon, …, jika orang yang kena lemparan atau tertimpa pohon itu menderita luka supaya penebang itu memberi uang pembeli obat hingga pulih kembali lukanya kepada si penderita, dan dikenakan denda lima tali oleh raja yang berkuasa sebagai penebus tangannya. Jika orang yang tertimpa pohon itu meninggal, supaya penebang itu memberikan uang pakuramas…”

274. “Jika ada orang yang mengobati tanpa memiliki pengetahuan tentang obat-obatan, tanpa mengetahui mantra yang banyak, tanpa mengetahui soal penyakit, hanya karena menghendaki hadiah dari orang yang sakit, orang yang demikian supaya diperlakukan sama dengan pencuri. Pengobatan yang demikian tidak akan berhasil. Jika dia mengobati binatang, dan akhirnya binatang itu mati, supaya dikenakan denda empat kali tiga atak. Jika mengobati orang, karenanya tidak menjadi sembuh kemudian malah mati, dendanya selaksa, jika mengobati brahmana, karenanya tidak sembuh malah mati, yang mengobati dikenakan pidana mati oleh raja yang berkuasa. Demikianlah ketetapan undang-undang”.

2. Kitab Sarasamuccaya

Kitab Sarasamuccaya adalah salah satu kitab hukum pada masa Majapahit. Di dalam kitab ini terdapat keterangan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, Kutipan dari bagian tersebut yaitu:

168. “ Demikian perincian yang dinamakan temannya, yaitu, seorang pedagang, temannya adalah pedagang (pembeli), (dan) juragan, sahabat bagi seorang pengembara, perpisahan (dan) berjauhan, sahabat bagi orang berumah tangga istrinya itulah, sedangkan orang yang sakit, walyan (tabib), mamimami (pembuat obat-obatan), sahabatnya, apa pun orang yang mampir akan mati, sedekah (amal kebajikan) sebagai temannya”.

234. “ …, bhrunaha (menggugurkan kandungan), singkatnya sangat besar dosa orang itu”.

325. “ Inilah macamnya orang yang tidak pantas dijadikan kawan bergaul, yaitu pisakit (orang yang menyebabkan orang lain sakit atau menderita, misalnya dengan melakukan guna-guna), …”.

369. “ Tidak ada obat, tidak ada mantra, tidak ada persembahan, tidak ada japa, yang mampu menolong, membebaskan seseorang dari kematian itu, atau dapat menangkis maut itu, sia-sialah ucapan mantra yang berulang-ulang yang disebut japa itu”.

501. “ …, sebaliknya obat yang berempah-rempah, minyak, gulika, akar, dipergunakan mengobati sakitnya badan, lenyap karenanya, kekuatan ilmu melebihi kekuatan badan, kesaktian tubuh”.

3. Kitab Rajapatigundala

Kitab Rajapatigundala merupakan salah satu kitab dari masa Majapahit. Pada bagian sapatha disebut nama-nama penyakit yang akan menimpa orang yang tidak mematuhi hukum yang telah ditetapkan. Kutipan dari bagian tersebut adalah:
17.a. “ …, untuk orang yang tidak mematuhi, dia akan mendapat kesengsaraan, …, hidup mereka akan tanpa mendapat kesehatan, mereka akan sakit kusta, tidak dapat melihat dengan sempurna, sakit gila, cacat mental, buta, bungkuk. Maka semua orang yang tidak mematuhi akan dikutuk oleh raja Patigundala yang suci,
b. maka terjadilah, semua kesengsaraan, sakit dan penyakit akan diderita oleh orang yang tidak mematuhi, tidak ada kemungkinan untuk diobati, untuk selama-lamanya mereka akan menderita. Ini adalah kutukan cri bhagati yang patut dihormati, seorang ratu pada masanya, untuk seluruh pulau Jawa, …”.

4. Kitab Korawacrama

Kitab Korawacrama diperkirakan berasal dari abad XIV M. Kutipan dari bagian tersebut adalah:

23. “ …, terkejutlah Bhattara guru ketika melihat manusia, ternyata banyak yang menderita sakit, ada wudug (lepra), ana buyan (gila), ana wiket (mempunyai banyak luka), pincang welu (hernia), beser (selalu ingin buang air), turuh (kerusakan pada salah satu organ tubuh), apus (kehilangan tenaga), wuta (buta), tuli (tuli), bisu (bisu), barah (lepra yang sudah parah), uleren (cacingan), umis (pendarahan), lampang (sejenis penyakit kulit), bule (albino), gondong (leher membengkak), amis antem (berbau amis), masegir (berbau tidak enak), apek (berbau apek), demikian keadaan manusia, …”.

30. “ …, berlarilah Bhattara Cri dengan Bhattara Wisnu masuk ke dalam rumah acaraki (penjual jamu), pucat pasilah mukanya, dia sedang menggiling bahan untuk wangi-wangian, …, pucatlah sang macaraki, …”.
5. Kitab Pararaton

Kitab Pararaton berbentuk prosa dan digubah pada akhir abad XV M. Kutipan dari bagian tersebut adalah:
27. “ … Ketika itu raja Jayanegara sedang gering tidak keluar dari istana karena di badannya tumbuh bisul (bubuhen). Tanca diperintahkan untuk mengoperasi bisul tersebut di peraduan. Dua kali dibedah tetapi tidak berhasil. Akhirnya Tanca memohon agar sang raja segera menanggalkan kemitannya. Raja pun menurut dan melepasnya, kemudian diletakkan di atas peraduan. Tanca lalu membedah bisul tersebut lalu diambil penyakitnya, …”.

D. Jenis-Jenis Penyakit dan Pengobatannya

Pada masa Klasik sistem kesehatan pada umumnya terdiri dari suatu sistem teori penyakit dan sistem perawatan kesehatan. Sistem teori penyakit meliputi kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, pengobatan, dan teknik penyembuhan. Dalam teori penyakit terdapat konsep dasar yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori personalistik dan teori naturalistik. Teori personalistik didasari anggapan adanya kekuatan supranatural, sedangkan teori naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, apabila keseimbangan terganggu maka akan timbul penyakit (George M. Foster dan Barbara Gallatin, 1986: 46-47).
Pada teori personalistik, secara umum jenis-jenis penyakit yang dikenal pada masyarakat Jawa Kuna pada abad XIV – XV M disebabkan oleh kuasa dewa-dewa dan kuasa makhluk jahat. Penyakit yang disebabkan oleh kuasa dewa-dewa seperti dalam prasasti Surodakan, beberapa jenis penyakit disebutkan pada bagian sapatha atau kutukan. Penyakit-penyakit tersebut akan diderita oleh orang yang melanggar aturan. Penyakit akibat kutukan dikatakan tidak akan dapat diobati dan untuk selamanya akan menderita.
Pada teori naturalistik, sebab-sebab sakit berhubungan dengan keadaan sehat. Penyakit disebabkan karena tidak adanya keseimbangan cairan dalam tubuh manusia. Selain karena tidak adanya keseimbangan cairan, penyakit dapat disebabkan pula karena adanya gangguan atau kerusakan bagian tubuh tertentu sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Termasuk dalam jenis penyakit ini adalah awatuk (batuk), bhara gigil (panas dingin), karis (sakit kepala), bubuhen (bisulan), umis (pendarahan), uleren (cacingan), dan slema (batuk berlendir).

Penyakit-penyakit tersebut di atas karena disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam tubuh manusia, maka pengobatannya bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh. Selain menggunakan ramuan obat, pengobatan penyakit naturalistik juga mempercayai adanya kekuatan di luar kemampuan manusia yang dapat membantu proses penyembuhan. Hal tersebut terlihat dengan digunakannya mantera-mantera yang dianggap mempunyai kekuatan qaib.

Pada relief Karmawibhangga tampak adegan seorang laki-laki sedang mendapat perawatan beberapa wanita dengan dipijat kepalanya (mungkin oleh padadah orang yang pekerjaannya memijat). Adegan yang lainnya beberapa orang sedang memberikan pertolongan pada seorang laki-laki yang sedang sakit dengan memijat kepalanya (padadah), menggosok perut serta dadanya dengan ramuan obat. Dapat dikatakan adegan tersebut adalah proses penyembuhan dengan ramuan obat karena tampak pula seseorang yang sedang membawa obat atau mungkin wli tamba orang yang pekerjaannya membuat obat. Dengan demikian proses pembuatan obat pun pastinya dengan menggunakan batu pipisan untuk menghaluskan ramuan obat tersebut. Alat semacam pipisan terdapat pada panil 19, seseorang tampak duduk di depannya terlihat benda dengan bentuk seperti pipisan. Kemungkinan orang tersebut sedang membuat ramuan jamu dengan cara dihaluskan dengan alat batu pipisan.

Tidak kalah menarik pada relief Karmawibhangga terdapat adegan proses kelahiran. Pada relief tersebut tampak seorang wanita hamil sedang dibantu beberapa wanita, diantaranya seorang dukun beranak (kdi). Penggambaran proses kelahiran tersebut oleh beberapa ahli diartikan pula sebagai proses aborsi karena merupakan hasil prostitusi. Apabila dicermati, relief Karmawibhangga yang menggambarkan kehidupan manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi, maka di sana semua aspek kehidupan manusia baik yang bagus maupun yang buruk tercerminkan di relief ini. Proses aborsi atau menggugurkan kandungan semakin terlihat pada masa Majapahit, terbukti dari isi kitab Sarasamuccaya, terdapat kata bhrunaha (menggugurkan kandungan) merupakan dosa yang sangat besar bagi orang yang tega melakukannya.

E. Bentuk-Bentuk Pengobatan

Dari adanya jenis-jenis penyakit yang ada tentunya memerlukan penyembuhan atau pengobatan agar penyakit tersebut hilang. Proses penyembuhan dapat dibedakan menjadi empat cara yaitu cara magis, keagamaan, fisik, dan obat-obatan. Pengobatan dengan cara magis dilaksanakan dengan menggunakan mantera-mantera, cara keagamaan dengan mengadakan upacara ritual, cara fisik dengan memijat atau mengurut, dan cara obat-obatan dengan menggunakan khasiat bahan-bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Pengobatan dengan cara magis dan ritual keagamaan biasanya dilakukan untuk jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh perantara atau kuasa supranatural, sedangkan pengobatan dengan cara fisik dan obat-obatan dilakukan untuk jenis-jenis penyakit karena ketidakseimbangan dalam tubuh manusia.
Pengobatan secara magis caranya dengan membaca mantera-mantera yang dianggap mempunyai kekuatan qaib. Pembacaan mantera-mantera ini ditujukan kepada kekuatan dewa-dewa atau kekuatan lainnya yang menguasai dunia. Pengobatan secara keagamaan biasanya dalam bentuk upacara ritual dengan melarung sesajian di laut diikuti dengan doa-doa agar penyakit yang diderita seseorang sembuh dengan memberikan sesajian di laut. Pengobatan secara fisik dengan melakukan pemijatan atau pengurutan yang dilakukan oleh padadah. Sebagai seorang penyembuh, padadah menggunakan sarana pemijatan. Pengobatan dengan bentuk pijat biasanya menggunakan ramuan yang dilumatkan kemudian dioleskan pada anggota badan yang salah uratnya. Dalam melakukan pemijatan tersebut menggunakan minyak atau ramuan lainnya untuk memudahkan proses pemijatan. Pengobatan dengan cara obat-obatan dilakukan dengan memberikan obat-obatan yang dibuat dari bahan alami terutama tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat tertentu untuk mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

F. Profesi di Bidang Kesehatan

Sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, paling tidak antara pasien dan penyembuh. Pada dasarnya profesi yang bekerja untuk menyembuhkan masalah-masalah kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tabib, ahli ramuan, dukun bayi, dan tukang pijat. Dari data arkeologi yang ada, terdapat banyak profesi yang berhubungan dengan proses penyembuhan dalam masyarakat Jawa kuna. Profesi kesehatan tersebut adalah walyan, kdi, tuha nambi, wli tamba, janggan, padadah, mamimami, dan acaraki. Dilihat dari arti masing-masing profesi tersebut, maka profesi kesehatan dapat dikelompokkan menurut fungsinya yaitu perawat kesehatan (tabib atau dokter) dan pembuat obat. Termasuk dalam kelompok perawat kesehatan yaitu janggan, kdi, padadah, dan walyan, sedangkan kelompok pembuat obat yaitu acaraki, mamimami, tuha nambi, dan wli tamba.

Arti profesi kesehatan pada masyarakat Jawa Kuna adalah walyan artinya tabib atau dokter yang menggunakan kuasa qaib atau sihir (arti lainnya orang yang menguasai pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan sebagai obat ), kdi artinya dukun wanita, yang membantu proses kelahiran seorang bayi, tuha nambi artinya tukang obat atau orang yang tugasnya membuat ramuan obat-obatan, wli tamba artinya orang yang pekerjaannya membuat ramuan obat-obatan, janggan artinya orang yang menguasai pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan (arti lainnya adalah tabib desa atau dokter desa), padadah artinya orang yang pekerjaannya memijat untuk memulihkan kesehatan, mamimami artinya tukang pembuat obat, acaraki artinya orang yang menciptakan ramuan obat-obatan (arti lainnya penjual obat atau jamu).

DAFTAR PUSTAKA

G. Pudja. 1983. Manawa Dharma Sastraa: Weda Smrti Compendium Hukum Hindu. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Hindu Departemen Agama Republik Indonesia.

Graeve, Frank de. 1978. “Religion Concepts”, Encyclopedia of Bioethics.
I.G.A.G. Putra dan I Wayan Sadia, Wrhaspati-tattwa. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.

Nico S. Kalangie. 1981/1982. “Peranan dan Sumbangan Antropologi dalam Bidang Pelayanan Kesehatan: Suatu kerangka Masalah-Masalah Penelitian, Analisis Kebudayaan, Th. II. No. 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pungkie Lelly Kumarasari. 1991. Sistem Kesehatan Dalam Masyarakat Jawa Kuna Pada Abad XIV Sampai XV Masehi: Kajian Berdasarkan Data Tertulis. Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Risse, Guenter B. 1978. “History of the Concepts”, Encyclopedia of Bioethics.

Satyawati Sulaiman. 1986. “Local Genius Pada Masa Klasik”, Kepribadian Kebudayaan Bangsa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Slamet Muljana. 1967. Perundang-undangan Madjapahit. Jakarta: Bhratara.

Tyler, Varro E. 1981. Farmakognosi, terj. Philadelphia: Lea and Febiger.
PENULIS : Wiwit Kasiyati, SS dkk




Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana >>>



Jamu Keraton

Manfaat Jamu


Jamu – jamuan mewujudkan/adalah pilihan utama pengobatan tradisional, disamping terbuat dari bahan – bahan alami, kandungan & manfaatnya jg baik bagi kesehatan, harganya jg gampang dijangkau karena kalangan masyarakat kita.

Semenjak dari jamu beras kencur buat nafsu makan & menghindari masuk angin. 

Jamu asem kunyit agar badan segar terutama selagi menstruasi, serta jamu sirih agar rahim sehat & selaput keperawanan tetap kencang. 

Sirih yg mau diracik menjadi jamu pun wajib yang tulang batang didaunnya bertaut satu sama lain. 

Entah alasan apa yg mendasarinya, tapi mitos itu sangat dipercaya karena para leluhur & keturunan yg terus melestarikannya. 

Ada pemikiran bahwa wujud sirih yg menyerupai area “V” perempuan dipercaya memiliki kekuatan magis & zat antiseptik alami yg tak hanya memberi aroma segar pada daerah sensitif perempuan, tapi juga mengencangkan panggul rahim sehabis melahirkan. 

Di samping itu, ada jenis sirih merah yg berguna buat mengobati penyakit diabetes, darah cukup tinggi, asam urat, maag, kencing manis & kelelahan. 

Caranya sangat sederhana, cukup minum 1 gelas rebusan sirih merah setiap hari buat mengobati aneka macam penyakit tersebut.

Bagaimana dgn rasanya ? Namanya saja jamu tradisional yg bahan-bahannya murni dari alam, tentu tak ada yg rasa orange apalagi strawberry. Karena tak diramu secara kimiawi yg dgn menambahkan bahan pemanis buatan. Semua rasa pahit wajib ditelan dlm satu kali tegukan agar aroma menyengat & rasa pahit tak berlama-lama ada di tenggorokan kita.

Kalau/jika kita ingin mengkaji sejauh mana manfaat dari Jamu Tradisional Indonesia, sepertinya mau menghabiskan bab demi bab yg begitu berlimpah mengurai bahan-bahan alami jamu yg terdapat pada tumbuh-tumbuhan yg ada di Indonesia. 

Apalagi pengetahuan tentang pengobatan tradisional dgn jamu, sudah dikenal sejak periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dgn adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yg menyebut adanya tukang meramu jamu yg dijuluki Acaraki
Pada relief candi Borobudur sekitar tahun 800 – 900 masehi, jg menggambarkan adanya kegiatan membuat jamu.
Konon, pada zaman dahulu kala para selir raja yg jumlahnya bisa mencapai 40 orang. Saling berlomba mempelajari ilmu meracik jamu. Semakin bervariasi & cukup tinggi ilmu yg dimilikinya terutama buat urusan area ’V’. Kian kemungkinan buat ‘didatangi’ sang raja mau semakin kerap kali. Hingga semakin berkembanglah metode & racikan jamu buat menyenangkan kaum lelaki, bahkan akhir-akhir ini tampak semakin menjamur salon V spa buat ratus vagina yang memakai bahan dasar ramuan tradisional jamu Indonesia.
Berikut ialah beberapa resep tradisional jamu Indonesia yang mungkin bisa menjadi alternatif perawatan murah yg patut buat dicoba, sebagai salah satu penghargaan & pelestarian kekayaan leluhur bangsa Indonesia.

1. Jamu Merapatkan Vagina

Bahan :
– 15 lembar daun sirih
– buah gambir
– Kulit pinang muda secukupnya
– Kapur sirih secukupnya


Cara Membuat:
Serpihkan kulit pinang dgn cara dicabuti, tumbuk gambir hingga halus & ayak kapur sirih hingga merata. Semua bahan dicampur jadi satu dlm air mendidih. Diamkan beberapa jam hingga dingin & mengendap.
Gunakan buat membasuh area ‘V’ pada pagi, siang & malam hari buat mendapatkan kualitas vagina yg kerap kali dlm keadann rapat bak perawan keraton setiap saat.
Jika resep tersebut diatas terlalu ribet, berikut ada racikan sederhananya :
Ambil satu biji buah pinang, kupas & hancurkan. masukkan dlm gelas & tuang dgn air panas setengah gelas. Tunggu hingga air hangat lalu diminum. Bisa ditambah gula jawa / gula putih buat mengurangi rasa sepet-nya. Diminum 1 jam sebelum bersenggama. Konon khasiatnya bisa menambah kemesraan & tentunya kelanggengan serta keharmonisan pasangan suami istri.

2. Mengencangkan wajah yg kusut

Bahan :
– ½ gelas beras (rendam semalaman)
– ½ ruas kunyit
– ½ ruas bangle
– Air mawar


Cara Membuat :
Tiriskan rendaman beras lalu haluskan bersama kunyit & bangle, campur dgn air mawar hingga mengental. Usapkan ke wajah setiap malam sebelum tidur seperti memanfaatkan masker, diamkan selama 15 s/d 30 menit. Basuh dgn air hangat kuku. Lakukan rutin niscaya mau mendapatkan wajah yg kencang, segar & awet muda.

3. Menghilangkan Bekas Luka

Bahan :
– 50 gr beras (rendam selama 15 menit)
– 1 ruas Kencur


Cara Membuat :
Tiriskan beras & tumbuk halus bersama kencur. Usapkan pada bekas luka & lakukan rutin selama 2 minggu. Niscaya bekas luka mau hilang tiada bekas.

4. Penambah Darah

Jamu ini baik sekali di konsumsi karena perempuan yg tengah menstruasi, buat mencegah kekurangan darah (anemia), serta menghindari keluhan letih & lesu.


Bahan :
– 3 tangkai daun pepaya muda
– 1 biji temu ireng

Cara membuat :
Cuci bersih tangkai daun pepaya muda, tambahkan temu ireng lalu tumbuk hingga halus. Beri segelas air matang lalu saring. Minum sehari sekali selama periode menstruasi / setelahnya. Alhasil mau mendapatkan tubuh yg segar, bugar & enerjik.

http://diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/tag/prasasti-madhawapura/