Sabtu, 31 Desember 2011

Jamu Racikan 4 - CARA MEREBUS RAMUAN JAMU



PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI






CARA MEREBUS RAMUAN JAMU

Ada beberapa resep pengobatan yang memerlukan perebusan bahan. Baik perebusan yang berasal dari bahan segar atau yang telah dikeringkan, perlu memperhatikan hal-hal berikut:

  • Bahan segar yang hendak direbus harus dicuci bersih dan bebas dari kotoran.
  • Bila bahannya besar atau tebal, seperti rimpang atau batang, boleh dipotong tipis seperlunya.
  • Perebusan dilakukan dalam pot tanah atau keramik atau panci email. Pot keramik (ceramic clay pot) dapat dibeli di toko obat tradisional.
  • Jangan merebus menggunakan panci dari besi, aluminium, atau kuningan. Hal ini untuk mencegah terjadinya endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun (toksik), atau efek samping yang ditimbulkan akibat reaksi kimia dengan bahan jamu.
  • Gunakan air bersih, sebaiknya air murni (aqua destillata), kecuali dinyatakan lain.
  • Bahan jamu dimasukkan ke dalam pot tanah. Tambahkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaaan air berada 30 mm di atasnya. Rebus dengan api yang sesuai petunjuk.
  • Api untuk merebus, dapat berupa api kecil (soft fire) atau api besar (strong fire).
  • Biasanya, api besar digunakan terlebih dahulu, sampai mendidih, kemudian api dikecilkan.
  • Kadang-kadang, api kecil atau api besar digunakan masing-masing, sewaktu merebus jamu. Misalnya jamu yang bersifat tonik (menguatkan) direbus dengan api kecil, agar semua zat aktif dapat terlarut sempurna. Sedangkan jamu yang berkhasiat mengeluarkan keringat, misalnya ramuan jamu influenza atau demam, gunakan api besar untuk mendidihkannya, untuk mencegah penguapan zat aktif terlalu banyak.
  • Bila tidak ditentukan lain, maka perebusan dianggap selesai saat air rebusan tersisa separuh atau setengah dari jumlah semula.
  • Bila ramuan jamu mengandung banyak bahan yang keras seperti batang atau biji, maka perebusan selesai setelah air tersisa sepertiganya.
     
Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma (lahir di Medan, 10 Maret 1940 – meninggal di Jakarta, 8 Agustus 2011 pada umur 71 tahun)

>>> Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana

Senin, 26 Desember 2011

Jamu Racikan 3 - JAMU GODOG YANG LEGENDARIS



PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI


Kedai Jamu Godog di Sulaku Bumijawa Park, dukuh Bandarsari, 
desa Bumijawa, kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal,
Obyek Wisata bernuansa alam dengan udara yang sejuk, memiliki fasilitas Agrowisata 
(Kebun Stroberi, Kebun Jambu, Kebun Buah Pepino, Sirih Merah, Tanaman Hias, dll), 
Waterboom, Flying Fox sepanjang 150 meter dan 60 meter. 
Kedai Jamu lengkap dengan Taman Toganya, 
Warung Makan yang Asri, cocok untuk aktifitas Out Bound 
dari mulai kelompok TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa 
maupun Instansi baik Swasta maupun Pemerintahan.



Jamu Godog Yang Legendaris


Indonesia yang terletak di garis tropis membuatnya kaya akan berbagai jenis tanaman. Dan diantara tanaman tersebut, banyak yang mempunyai khasiat untuk tubuh kita. Tak heran ini membuat Indonesia kaya akan pengobatan tradisional dengan bahan alami, salah satunya dengan ramuan jamu. Jamu sendiri ada yang penggunaannya dengan cara diminum maupun dioles pada bagian tubuh. Ramuan jamu ini telah hidup ratusan tahun dalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat Jawa, dan turun temurun hingga masih dipergunakan sampai sekarang. Jamu tradisional dengan berbagai ramuan ini digunakan untuk mendapatkan khasiat yang diinginkan.

Ilmu kedokteran awalnya meragukan khasiat dari jamu tradisional karena beberapa bahan dianggap bisa menyebabkan gangguan pada lambung. Namun dengan penelitian, dinyatakan jamu tidak menyebabkan gangguan asalkan diminum dengan takaran dan komposisi yang tepat. Masyarakat juga masih banyak yang kurang pengetahuan akan jamu dan menyangsikan khasiat dari jamu. Ini membuat mereka lebih memilih obat dalam penyembuhan. Memang beberapa orang tidak dianjurkan untuk minum jamu seperti penderita tekanan darah tinggi, namun pada umumnya jamu aman untuk dikonsumsi.

Menurut Nugroho, salah satu pengelola usaha jamu dan tanaman obat di Jl. Kaliurang Km 21,5 Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, jamu dibagi 2 yaitu jamu penyembuhan dan jamu pencegahan. Jamu penyembuhan misalnya untuk menyembuhkan batu ginjal, asam urat dan diabetes. Sedangkan jamu pencegahan lebih seperti minuman kesehatan yang mencegah badan dari terserangnya penyakit, juga menyehatkan badan. Jamu pencegahan ini misalnya jamu beras kencur, kunir asem, jahe merah, dan temulawak.

Untuk jamu penyembuhan sebaiknya terdiri dari 3 bagian, yaitu bahan utama, pendamping dan pelengkap. Bahan utama merupakan bahan yang digunakan untuk mengobati penyakit utama juga, misalnya untuk batu ginjal, digunakan tanaman gempur batu, tempuyung atau kembang bugang, yang berfungsi untuk menghancurkan batu. Bahan pendamping berfungsi untuk mengobati komplikasi penyakit, misalnya radang di ginjal dan susah buang air kecil, diobati dengan kunyit atau binahong. Sedangkan bahan pelengkap digunakan untuk mencegah gejala-gejala penyakit, misalnya kencur serta jahe merah yang berguna untuk menurunkan kolesterol dan mengurangi rasa nyeri.

Untuk ramuan jamu terbaik, unsur ketiga bahan tersebut direbus dengan temperatur maksimal 60° C hingga air berkurang sekitar setengahnya. Untuk beberapa bahan mempunyai batas maksimal panas untuk merebusnya, supaya kandungan dalam bahan tersebut tidak hilang. Sedangkan batas toleransi berat adalah 70gr-100gr bahan tiap kali minum. Jika kebanyakan, dikhawatirkan akan adanya gangguan pada lambung dan ginjal.

Sedangkan untuk jamu pencegahan, cukup minum jamu beras kencur, kunir asem, atau pun jahe merah. Yang perlu diperhatikan adalah jika jamu tersebut ada endapannya, dianjurkan endapan tersebut tidak dikocok dan tidak diminum. Kerena itu merupakan penumpukan kalsium yang malah menambah kerja ginjal dan tidak baik untuk lambung dan usus.

Jamu-jamu tersebut bisa kita buatnya sendiri di rumah. Asalkan semua bahan ada, takaran benar, dan pembuatan benar, jamu-jamu tersebut bisa dibuat sendiri. Sedangkan untuk tanaman obat, kita juga bisa menanamnya di rumah. Tidak dibutuhkan pekarangan yang luas ataupun perawatan yang rumit. Tanaman-tanaman yang bisa kita tanam sendiri misalnya jenis empon-empon (temulawak, jahe, kunir) dan kumis kucing. Selain itu beberapa tanaman obat juga punya bentuk indah yang juga dijadikan tanaman hias misalnya sansivera, lavender, dan tanaman iler.

Dengan bahan alami tanpa campuran bahan kimia, tentu saja badan akan mendapatkan khasiat yang maksimal. Apalagi ternyata jamu tidak menimbulkan efek-efek buruk asalkan diminum secara tepat. Di samping itu ternyata juga mudah untuk mendapatkannya. Karenanya, tak ada salahnya untuk kembali ke alam dan membuat badan sehat dengan cara yang alami. 


>>> Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana

Jamu Racikan 2 - MENGANGKAT HARKAT JAMU



PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI


Ida Ayu Nyoman Rai (1881 - 12 September 1958)
(Ibunda Ir. Soekarno, Presiden RI Pertama)

Mengangkat Harkat Jamu

KBR68H - Anda peminum jamu? Saat ini Kementerian Kesehatan tengah melakukan uji ilmiah atau saintifikasi jamu. Supaya kelak jamu bisa diresepkan sebagai obat oleh tenaga medis kepada pasien di puskesmas dan rumah sakit. Selama ini, jamu memang masih kalah pamor dengan obat modern, dianggap nomor dua. Bagaimana masyarakat kini memandang jamu? Sejauh mana upaya menjadikan jamu tuan rumah di negeri sendiri? Reporter KBR68H Mellie Cynthia menemui mereka yang masih bergelut di peracikan jamu.
Peracik Ramuan
“Ini dari jahe merah, campur sereh, pewangi, daun jeruk daun pandan, rempah-rempah ada kapulaga, cengkeh, lada hitam, kayu masyoyi, untuk pegel linu, vertigo.”
Siti Aminah, 60 tahun, memperlihatkan cara membuat bir plethok, minuman khas Betawi. Bahannya diambil dari kebun kecil depan rumahnya, di Gang Siput, Cempaka Baru, Jakarta Pusat. Di kebun ini ada 30-40 jenis tanaman. Siti dikenal sering meracik berbagai macam jamu untuk mengobati aneka penyakit. Mulai dari rematik dan mata katarak, hingga kanker dan jantung.
Di sudut ruang tamu rumah Siti, terlihat toples-toples berisi kapsul jamu dan bubuk ramuan jamu hasil racikannya. Jamu itu sudah dipesan orang. Ada sebagian lain yang akan dibagikan ke keluarga, tetangga dan teman. Sejak dulu keluarga Siti percaya khasiat jamu. “Waktu itu anak angkat kakak saya kena tipus. Kata dokter, besok langsung ke rumah sakit! Sebelum ke sana, sorenya dikasih ramuan. Ternyata panasnya langsung turun. Pas periksa laboratorium, gak tampak tipusnya sama sekali.”
Khasiat Jamu
Tetangga Siti, Sumariah sudah merasakan khasiat jamu racikan buatan Siti. Penderita rematik kronis ini tadinya tidak bisa menggerakkan sebagian tangan dan kakinya. Berat badan merosot 30 kilogram. Tapi, itu dulu sebelum minum jamu. Sekarang, kondisi Sumariah sudah membaik. Wajahnya tak lagi pucat, berat badan pun naik 8 kilogram.
Tetangga Siti lainnya, Anah, berhenti berobat ke dokter berkat jamu racikan Siti. Ia tak lagi merasakan keluhan maag dan kram perut. “Mendingan. Nggak sering kram, buang air lancar, pusing juga hilang. Baru setahun ini pakai jamu. Dulu pernah ke dokter. Keseringan minum obat juga nggak bagus, sering sakit pinggang.”
Menurut Siti, meski jamu dan obat medis sering dipandang berseberangan, sebagian dokter membolehkan pasiennya mengonsumsi jamu. “Saya sampai 10 bulan nggak kontrol kolesterol tinggi. Tapi dokter tanya, kok kondisinya bagus, pakai apa?”
Belum Teruji Klinis
Jamu sebagai ramuan tradisional memang belum teruji klinis. Artinya, belum ada penelitian yang dilakukan kepada manusia untuk memastikan keamanannya mengobati penyakit. Khasiat jamu hanya dirasakan berdasarkan pengalaman turun temurun. Meski begitu, kata peracik jamu sekaligus ahli terapi pengobatan alternatif, Retno Widati, jamu dan obat modern tidak semestinya dipertentangkan.
“Saya tidak apriori terhadap obat. Tapi obat juga jangan apriori terhadap jamu. Semua punya pasar dan penggemar masing-masing,” katanya. Kata Retno, meski tak mengantongi bukti ilmiah, jamu warisan nenek moyang sudah punya bukti empiris kuat.
Saat ditemui di ruang praktiknya di bilangan Kayu Manis, Jakarta Timur, Retno tengah menumbuk rempah dan kulit pohon dengan alu di atas batu segi empat. Semerbak wangi rempah seketika memenuhi ruangan. Retno juga sengaja meracik jamu dengan alat-alat tradisional, sebagai upaya menjaga warisan budaya. Ini juga menjadi protes Retno terhadap anak muda zaman sekarang. “Mereka lebih suka yang instan, cukup dicampur air putih, lalu glek! Bila perlu dalam gelas kemasan, lalu diminum.”
Dokter Jamu
Terlepas dari khasiatnya, masih ada dokter yang memandang remeh jamu bagi pengobatan. Pasien yang tengah menunggu dokter di RSCM mengaku pernah diejek dokter karena meminum ramuan tradisional. “Tergantung dokternya, ada yang kurang positif menanggapi. Saya pernah bilang, saya minum kumis kucing. Dokter bilang, pakai kumis gajah saja, hahaha...” kata Sadikin seraya tergelak.
Data Kementerian Kesehatan 2010 melansir, baru sekitar 200 dokter di 6 Provinsi di Pulau Jawa dan Bali yang menggunakan jamu untuk mengobati pasien. Selain itu, baru 2 rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Sardjito di Semarang dan Dr. Soetomo di Surabaya, yang dokternya telah memberikan obat tradisional kepada pasien. Kata Sekretaris Bidang Kajian Pengobatan Tradisional Ikatan Dokter Indonesia, Aldrin Neilwan, banyak dokter meremehkan khasiat jamu karena belum ada bukti ilmiah tentang kandungan jamu untuk mengobati penyakit. “Pendidikan dokter kita itu dasarnya kedokteran Barat, yang mengedepankan evidence-based medicine.”
Untuk mencetak lebih banyak dokter peduli terhadap jamu, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melakukan program saintifikasi jamu. Sepanjang 2010, Kemenkes berjibaku menyiapkan 4 ramuan jamu yang telah terbukti dapat mengobati penyakit. Jamu yang diolah dari 11 jenis tanaman obat itu adalah jamu anti peradangan, anti darah tinggi, anti asam urat dan anti kolesterol.
Tahun ini, ramuan itu akan disebarkan ke dokter, untuk diberikan kepada pasien. Staf Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Lucie Widowati mengatakan, ini adalah bagian dari proses saintifikasi jamu. “Kita galang dokter untuk jadi peneliti. Kita siapkan bahan uji, sampai bentuk yang akan diberikan ke pasien.” Bentuk yang diberikan oleh Kemenkes berupa tanaman obat yang sudah dikeringkan, lalu dikemas. “Mutu terjamin,” kata Lucie.
Kemenkes juga telah mendidik dan melatih 60 dokter. Dokter dari berbagai puskesmas dan rumah sakit ini menjadi generasi pertama untuk merintis klinik jamu.  Diharapkan, hasil saintifikasi jamu ini bisa jadi acuan, supaya dokter kelak bisa meresepkan jamu di puskesmas dan rumah sakit.
Sekretaris Bidang Kajian Pengobatan Tradisional IDI, Aldrin Neilwan dari Rumah Sakit Kanker Dharmais juga sudah ikut pelatihan ini. “Nantinya jamu yang kita gunakan itu lebih ke arah ramuan. Meracik jamu sehingga sangat spesifik terhadap orang per orang, dan kasus per kasus.” Menurut Aldrin, racikan bakal dibuat dengan panduan dasar ilmu kedokteran.
Mencari Kesembuhan
Aldrin optimistis, jamu dapat dipakai bersamaan dengan obat modern. Jamu diyakini bakal membantu mengurangi efek samping pengobatan medis, seperti pengobatan kanker. “Alangkah berharganya apabila kita bisa menemukan jamu dan memberikan kepada orang yang dikemo, sehingga bisa menekan efek mual.”
Kemenkes menargetkan proses saintifikasi jamu rampung pertengahan tahun ini. Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Akmal Taher mengatakan, pakai jamu atau obat modern, yang terpenting bagi pasien adalah kesembuhan. “Kalau manjur dan nggak ada efek samping, terbukti bagus, efektif, harga murah, itu yang dicari pasien!”
Kesembuhan, itulah yang dicari Rostini, pasien RSCM. Nenek 72 tahun itu mengidap tumor di payudaranya. Ia memadukan pengobatan dokter dengan ramuan tradisional. “Dua-duanya. Yang penting saya sembuh.”

>>> Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana

Jamu Racikan 1 - USAHA JAMU RACIKAN



PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI

Bahan Baku Jamu Racikan

Obat tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.

Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.

Jamu
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal.
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya.

Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya.

Di berbagai kota besar terdapat profesi penjual jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang sehat dan menyegarkan.

Selain itu jamu juga diproduksi di pabrik-pabrik jamu oleh perusahaan besar seperti Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer atau Djamu Djago, dan dijual di berbagai toko obat dalam kemasan sachet. Jamu seperti ini harus dilarutkan dalam air panas terlebih dahulu sebelum diminum. Pada perkembangan selanjutnya jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet dan kapsul.

JAMU TRADHISIONAL

Jamu yaiku obat tradhisional kang bahane saka tanduran, upamané saka oyot, godhong, woh, lan kulit kayu sawijining tanduran kang kena kanggo ngobati werna-werna penyakit . Pèrangan wit-witan mau ana sing diolah kanthi digodhog lan ana uga kang dipangan mentah. Wong Indonésia wis ngerti jamu nalika pirang-pirang abad kapungkur. Kang sepisanan jamu mung ana ing kupêngan kraton utawa istana , yaiku ing Kasultanan ing Yogyakarta lan Kasunanan ing Surakarta. Jaman biyèn jamu mung dingerténi ing kalangan kraton lan ora éntuk disebarake ing masyarakat njaba kraton. Ananging kanthi owah ginsiring jaman kang saya suwé saya maju, jamu bisa diajaraké ing masyarakat njaba kraton, saéngga masyarakat njaba kraton wis akeh kang bisa ngracik jamu dhéwé. Prastawa iki kang ndadékaké jamu ngrêmbaka lan digawé ora mung wong Indonésia nanging uga payu ing manca nagara. Kanggoné masyarakat Indonésia, jamu iku resép turunan saka leluhur kang kudu dijaga lan dingrêmbakakaké.

Jamu ialah sebutan untuk ubat tradisional dari Indonesia. Kebelakangan masyhur dengan sebutan ubat herba.
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bahagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh haiwan, seperti hempedu kambing atau tangkur buaya.
Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditahan peminumnya.
Di berbagai bandar besar terdapat pekerjaan penjual "jamu gendong" yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang sihat dan menyegarkan. Selain itu jamu juga dihasilkan di kilang-kilang jamu oleh syarikat besar seperti Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer atau Djamu Djago, dan dijual di berbagai kedai ubat dalam paket-paket. Jamu seperti ini harus dilarutkan dalam air panas terlebih dahulu sebelum diminum. Pada perkembangan selanjutnya jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet dan kapsul.

Jamu (formerly Djamu) is traditional medicine in Indonesia. It is predominantly herbal medicine made from natural materials, such as parts of plants such as roots, leaves and bark, and fruit. There is also material from the bodies of animals, such as bile of goat or alligator used.
In many large cities jamu herbal medicine is sold on the street by hawkers carry a refreshing drink, usually bitter but sweetened with honey. Herbal medicine is also produced in factories by large companies such as Fountain, Nyonya Meneer or Djamu Djago, and sold at various drug stores in sachet packaging. Packaged dried jamu should be dissolved in hot water first before drinking. Nowadays herbal medicine is also sold in the form of tablets, caplets and capsules.

Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

Jamu is a traditional medicine that has been produced in a traditional form, like in forms such as seduhan, pills, or boiling liquid mixed with the herbs. In general, this kind of medicine based of ancient receipts from our ancestor and created from 5-10 or more herbs. Jamu does not need scientific approval through a clinical study, but only from an empirical prove from the efficacy that has been used and proven for so many years.

Jamu Racikan
Persentase terbesar masyarakat memilih melakukan pengobatan sendiri untuk menanggulangi keluhannya. Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit menggunakan obat, obat tradisional atau cara tradisional tanpa petunjuk ahlinya (Anderson, 1979). Dalam peraturan perundangan disebutkan bahwa “Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi” (UU no.23 Tahun 1992). “Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman” (UU no.23 Tahun 1992). Obat tradisional yang diproduksi oleh industri obat tradisional dan diedarkan di wilayah Indonesia harus didaftarkan sebagai persetujuan menteri. Dikecualikan dari pendaftaran tersebut adalah obat tradisional dalam bentuk jamu gendong dan jamu racikan.

Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat ditemui di berbagai pulau lain di Indonesia. Segala lapisan masyarakat sangat membutuhkan kehadirannya meskipun tidak dapat dipungkiri lebih banyak dari masyarakat lapisan bawah yang menggunakan jasa mereka. Selain jamu gendong yang umum dijual seperti kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan, mereka juga mampu menyediakan jamu khusus sesuai pesanan. Misalnya, jamu habis bersalin, jamu untuk mengobati keputihan, dll. Akhir-akhir ini, dengan adanya jamu-jamu industri seringkali kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk dikonsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan.

Selain pembuat jamu gendong, peracik tradisional masih dapat dijumpai di Jawa Tengah. Mereka berada di pasar-pasar tradisional menyediakan jamu sesuai kebutuhan konsumen. Bentuk jamu pada umumnya sejenis jamu gendong, namun lebih mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan kesehatan tertentu. Peracik jenis ini tampaknya sudah semakin berkurang jumlahnya dan kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan jamu dalam bentuk yang lebih praktis.

Tabib lokal masih dapat kita jumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Ilmu ketabiban seringkali diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada tabib yang telah berpraktik. Di beberapa kota, telah dapat dijumpai pendidikan tabib berupa kursus yang telah dikelola dengan baik dan diselenggarakan oleh tabib tertentu. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para tabib juga mengkombinasikannya dengan teknik lain seperti metode spiritual/agama atau supranatural.

Sinshe adalah pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negera asal mereka, yaitu Cina. Pada umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meskipun tidak jarang mereka juga mencampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina. Obat tradisional Cina berkembang dengan baik dan banyak diimport ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat yang dikonsumsi, tidak saja oleh pasien etnis Cina tetapi juga banyak dikonsumsi oleh pribumi. Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional Cina dapat dilihat dari banyaknya toko obat Cina yang menyediakan sediaan jadi maupun menerima peracikan resep dari Sinshe. Selain memberikan obat tradisional yang disediakan sendiri maupun yang disediakan oleh toko obat, Sinshe pada umumnya mengkombinasikan ramuan dengan teknik lain seperti pijatan, akupresur, atau akupungkur.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 246/Menkes/Per/V/1990 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DAN PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL tanggal 28 Mei 1990

Bab 1 KETENTUAN UMUM
Pasal 1

ayat 1
Obat Tradisional : adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

ayat 4
Usaha Jamu Racikan : adalah usaha peracikan, pencampuran, dan atau pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis, tapel atau parem dengan skala kecil, dijual di satu tempat tanpa penandaan dan atau merk dagang.

ayat 5
Usaha Jamu Gendong : adalah usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan Pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pitis, tapel atau parem, tanpa penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan.

ayat 6
Memproduksi : adalah membuat, mencampur, mengolah, mengubah bentuk mengisi, membungkus dan atau memberi penandaan obat tradisional untuk diedarkan.

ayat 7
Mengedarkan : adalah menyajikan, menyerahkan, memiliki atau menguasai persediaan di tempat penjualan dalam lndustri Obat Tradisional atau di tempat lain, termasuk di kendaraan dengan tujuan untuk dijual kecuali jika persediaan di tempat tersebut patut diduga untuk dipergunakan sendiri.

ayat 9
Penandaan : adalah tulisan atau gambar yang dicantumkan pada pembungkus, wadah atau etiket dan brosur yang disertakan pada obat tradisional, yang memberikan informasi tentang obat tradisional tersebut.


Pasal 2

ayat 1
Untuk mendirikan Usaha lndustri Obat Tradisional diperlukan izin Menteri;

ayat 2
Untuk mendirikan Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong tidak diperlukan izin.


Pasal 3

ayat 1
Obat Tradisional yang diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun diekspor terlebih dahulu harus didaftarkan sebagai persetujuan Menteri;

ayat 2
Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) adalah obat tradisional hasil produksi :
a. lndustri Kecil Obat Tradisional dalam bentuk rajangan, pilis, tapel dan parem;
b. Usaha Jamu Racikan;
c. Usaha Jamu Gendong

ayat 3
Obat Tradisional hasil produksi lndustri Kecil Obat Tradisional di luar yang dimaksud dalam ayat (2) huruf a dikenakan ketentuan ayat (1).


=================================

Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia No. HK. 00.05.4.2411 Tanggal : 17 Mei 2004

ayat 1
Logo untuk Kelompok Jamu

Logo untuk Kelompok Jamu


PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.00.05.41.1384 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA tanggal 2 Maret 2005


BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

ayat 1
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

ayat 2
Jamu adalah obat tradisional Indonesia.

ayat 18
Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai khasiat, keamanan dan cara penggunaan serta informasi lain yang dianggap perlu yang dicantumkan pada etiket dan atau brosur yang disertakan pada obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dan pada pembungkus.

BAB II PERSYARATAN DAN KRITERIA

Bagian Pertama Persyaratan

Pasal 2

ayat 1
Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dibuat dan atau diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala Badan.

ayat 2
Untuk memperoleh izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan pendaftaran.

Pasal 3
Dikecualikan dari ketentuan Pasal 2 terhadap :
a. obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang digunakan untuk penelitian;
b. obat tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas;
c. obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk tujuan pameran
dalam jumlah terbatas;
d. obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong;
e. bahan baku berupa simplisia dan sedĂ­aan galenik.



>>> Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana

Minggu, 25 Desember 2011

Keputihan 2 - Fluor Albus



PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI


Mengenal Keputihan - LEUKORRHEA

I. PENDAHULUAN
Leukorrhea (atau yang lebih dikenal dengan keputihan) dan keluhan gatal yang menyertainya merupakan keluhan yang sering menjadi alasan seorang wanita untuk berobat ke bagian ginekologi. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka yang mengkhawatirkan dirinya mengidap penyakit menular seksual ataupun keganasan.
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita dewasa atau menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita acapkali mengganti pakaian dalamnya atau menggunakan pembalut. Leukorrhea biasanya disertai dengan keluhan lain seperti perasaan gatal, rasa panas pada alat kelamin maupun nyeri sewaktu bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat, namun banyak penderita yang tidak menghiraukannya.

II. DEFINISI
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.

III. PATOFISIOLOGI
A. Sumber Cairan

1) Vulva
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral tempat bermuaranya saluran Skene.

2) Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan secara transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.

3) Serviks
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah, jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena pengaruh hormon, juga disebabkan oleh hiperemia.

4) Uterus
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase postovulasi dan sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam hal vaskularisasi, kelainan faktor endokrin, adanya neoplasma atau infeksi.

5) Tuba
Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu misal salpingitis yang kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke vagina.

B. Komponen Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.

C. Pengaruh Hormon Seks
Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon seks. Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang mengkolonisasi epitel. Sehingga wanita premenarche dan pasca menopause lebih banyak mempunyai bakteri anaerob daripada wanita menstruasi. Wanita dalam masa reproduksi mempunyai lebih banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk laktobasilus daripada wanita dengan kadar estrogen rendah.

D. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya laktobasilus mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.

E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri tertentu untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan paling sedikit dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan glikogen. Kedua dengan menghasilkan produk metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin mengandung banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam jarak beberapa milimeter di dalam epitel vagina.

F. Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal
Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus, stafilokokus epidermis dan Gardnerella vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita. Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman tertentu.

G. Mekanisme Infeksi Vagina
Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada kasus monilia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik, berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam vagina melalui serviks.

IV. ETIOLOGI
Tujuan pertama adalah membedakan sekret vagina fisiologis atau patologis, dengan kriteria klinis, laboratorium dan mikrobiologi. Setiap penyakit atau kelainan dari organ seperti vagina, serviks, uterus, tuba dapat menimbulkan gejala lekore.

A. Lekore Fisiologis
Basanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh lactobacillus dan metabolisme glikogen pada sel epitel vagina.

Lekore fisiologis berasal dari transudat vagian, lendir serviks dan lendir kelenjar bartholin dan skene dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain:
  • Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi
  • Premenarche (sebelum haid yang pertama)
  • Saat sebelum dan sesudah haid
  • Saat atau sekitar ovulasi
  • Kehamilan
  • Faktor psikis
  • Rangsangan seksual pada wanita dewasa
  • Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, usia tua > 45 tahun.
B. Lekore Patologis
Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika membasahi pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun perubahan warna. Lekore patologis dapat disebabkan oleh:

1) Infeksi
Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi vagina (vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah hubungan seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan disuria, nyeri perut atau pinggang. Sebab lain masuknya kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam, pertolongan persalinan atau abortus, pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena pencucian vagina yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada anak-anak sering karena higienis yang kurang baik.
Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:
  1. Infeksi bakteri
    • Neisseria gonorrhoeae : Gonorrhoe
    • Chlamydia trachomatis : infeksi Chlamydial
    • Gardnerella vaginalis : vaginosis
    • Mycoplasma hominis
    • Ureaplasma urealyticum : Mycoplasmosis
  2. Infeksi virus
    • Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)
    • Poxvirus : Moluscum contagiosum
    • Papovavirus : Condyloma
  3. Infeksi jamur
    • Candida albicans : Kandidiasis
  4. Infeksi protozoa
    • Trichomonas vaginalis : Trikomoniasis
    • Entamoeba histolytica : Amoebiasis vaginae
  5. Infeksi cacing
    • Enterobius vermicularis
Lebih jelas lagi mengenai beberapa infeksi yang sering adalah sebagai berikut:

INFEKSI PADA VAGINA
Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan batang gram positif, yaitu Lactobacillus acidophillus.
Bakteri ini dapat mempertahankan ekosistem vagina dengan 3 cara:
  1. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu 4 (rata-rata 3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen
  2. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob
  3. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina, sehingga menghalangi penempelan patogen.

Gambar 1. Pewarnaan gram pada sekret vagina normal
Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida spp terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaan-keadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.

Gambar 2. Gambaran Mikroskopis Candida albicans

Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV) adalah :
  • gatal-gatal, rasa terbakar, atau pembengkakan pada labia dan vulva
  • keluarnya cairan yang tebal berwarna putih atau kekuningan
  • hubungan seksual yang menyakitkan
  • nyeri dan rasa terbakar saat buang air kecil

Gambar 3. Vagina dengan Fluor albus
  • Pada pemeriksaan spekulum tampak  cairan vagina dengan jumlah yang bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah

Gambar 4. Pemeriksaan vagina dengan spekulum
  • Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan putih seperti keju.
  • Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5

Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T. vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.

Gambar 5. Gambaran mikroskopis Trichomoniasis
Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung (kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi (handuk).

Gejala klinis :
  • Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
  • Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
  • Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri, dan dinding vagina tampak eritem
  • Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
  • Pemeriksaan pH vagina >4,5

Gambar 6. Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis
Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita yang masih aktif secara seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Gejala klinis :
  • Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
  • Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama setelah melakukan hubungan seksual
  • Pada pemeriksaan didapatkan jumlah  cairan vagina tidak banyak, berwarna putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina
Gambar 7. Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial
  • Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi
  • Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada  cairan vagina tercium bau amis (whiff test)
  • Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells) 
     
INFEKSI PADA SERVIKS
Servisitis Gonore
Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae pada traktus genitalis dan organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring, rektum, kulit, persendian, serta organ dalam. Ditularkan melalui hubungan seksual. Pada wanita, N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai kanalis servikalis. Selain itu dapat mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjar bartholini. Masa inkubasi bervariasi, umumnya 10 hari.
Gejala klinis :
  • Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore
  • Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau perdarahan intermenstrual
  • Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan cairan serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat pengambilan bahan pemeriksaan Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis

Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan gonore. Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis adalah endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually transmitted disease).

Gambar 8. Gambaran Mikroskopis Chlamidia trachomatis
Gejala klinis :
  • Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan keluhan servisitis gonore, yaitu adanya  cairan vagina
  • Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai  cairan serviks yang mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks

Gambar 9. Gambaran pemeriksaan spekulum pada infeksi Chlamidia trachomatis
2) Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.

3) Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam pengobatan hormonal.

4) Kanker
Pada kanker sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah terjadi kerusakan sel, Pada carcinoma cervix terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan dari sel yang rusak dan seringkali diseertai darah yang tidak segar akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut.

 5) Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka dan terinfeksi

V. DIAGNOSIS
Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh :
  • Anamnesis
    Dengan anamnesis harus terungkap apakah lekore ini termasuk fisiolgis atau patologis. Selain disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga kemungkinan ada benda asing atau neoplasma
  • Pemeriksaan klinis
    Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warn, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium
  • Pemeriksaan laboratorium
    Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia.

Diagnosis penyebab infeksi:
1) Trikomoniasis
  • Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa  cairan vagina yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan intermestrual
  • Jumlah lekore banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy). Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.
  • Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)
  • Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)
2) Kandidosis vulvovaginal
  • Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau 
  • Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular
  • Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)
  • Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta

3) Vaginosis bacterial
  • Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik
  • Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.
  • Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
  • Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi

4) Servisitis Gonore
  • Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana
  • Cairan serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.
  • Laboratorium: kultur
  • Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

5) Klamidiasis
  • Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan
  • Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)
  • Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
  • Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan retikulat

VI. TERAPI
1. Trikomoniasis
  • Pilihan utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari.
  • Jangan diberikan pada wanita hamil, terutama trimester I
  • Pilihan lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
  • Dapat diberikan pada wanita hamil.
  • Partner seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus genitourinarius dan pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal
2. Kandidiasis
  • Pilihan utama:
    • Klotrimazol 100mg/hari selama 7 hari
    • Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari
  • Pilihan lain :
    • Tiokonazol 300mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
    • Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari
3. Vaginosis bakteri
  • Pilihan utama: Metronidazol 3x 250mg/hari, oral selama 7 hari
  • Pilihan lain : Ampisilin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari
4. Gonore
  • Pilihan utama : Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari
  • Pilihan lain :
    • Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
    • Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral
    • Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
    • Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral 
5. Klamidiasis
  • Pilihan utama : Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari 
  • Pilihan lain :
    • Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
    • Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau 4x250 mg/hari per os selama 14 hari
DAFTAR PUSTAKA
  • Berek, Jonathan S., et all. 1996. Novak’s Gynaecology. Twelfth Edition. Baltimore: Williams & Wilkins
  • Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 
  • De Charney Alan H,M.D. 2003. Current Obstetric dan Gynaecology Diagnosis and Treatment. New York: McGraw-Hill
  • Freedberg, Irwin M., et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Sixth Edition. New York: McGraw Hill
  • Ginekologi. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
  • Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan (Lekore). Dalam Kumpulan Makalah Simposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah Terkait dalam Rangka Lustrum VII FKUP & HUT RSHS ke-69. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin
  • Plourd, David M. 1997. Normal Vaginal Ecosystem Physiology. in Medscape General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005
  • Plourd, David M. 1997. Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis . in Medscape General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005
  • Shaw, Robert W., W. Patrick Soutter, Stuart L. Stanton. 2003. Gynaecology. Third Edition. London: Churchill Livingstone
  • Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi Judistiani. 1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Edisi ke II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin

>>> Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana