Nakula dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) (Dicliptera chinensis - 狗肝菜). Ia merupakan putera keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastinapura dengan permaisuri Dewi Madri, puteri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa. Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa (Yudistira), Bima alias Werkudara dan Arjuna
Nakula adalah titisan Batara Aswin, Dewa tabib. Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai cupu berisi "Banyu Panguripan" atau "Air kehidupan" pemberian Bhatara Indra. Pinten (Dicliptera chinensis - 狗肝菜)
Bathara Baruna sering disebut pula dengan nama Bathara Waruna. Ia masih keturunan Sanghyang Wenang dari garis keturunan Sanghyang Nioya. Bathara Baruna bertempat tinggal di Kahyangan Dasar Samodra. Ia bertugas memelihara ekosistem dan biota laut. Ia berwujud dewa berwajah ikan dan seluruh badannya bersisik ikan. Bathara Baruna dapat hidup di darat dan di air. Ia mempunyai cupu berisi air kehidupan Mayausadi.
Dalam pewayangan, Sanghyang Baruna pernah menjelma menjadi manusia dan menggunakan nama Begawan Badawanganala. Selama menjadi petapa itu ia mempunyai dua putri cantik yang disunting Nakula dan Sadewa yaitu Dewi Srengganawati dan Dewi Srenggini. | | Dalam ajaran agama Hindu, Aswin (Sanskerta: अश्विन, Latin: aśvin, dibaca: As-win) adalah Dewa kembar yang bergelar sebagai 'dokter para Dewa'. Mereka merupakan putera Dewa Surya dan Dewi Saranya.
Mereka dewa yang sering disebut sebagai dewanya pengobatan dalam Ayurweda. Mereka adalah dua bersaudara yang ramah, suka menolong. Mereka dilukiskan sebagai penunggang kuda yang membawa kemakmuran pada manusia serta menyembuhkan segala penyakit dan kemalangan.
Mereka disamakan dengan si kembar Castor dan Pollux dalam Mitologi Yunani. Mereka juga Dewa yang disebut-sebut dalam Rg-Weda, dengan 57 syair di dalamnya yang memuji-muji mereka. Mereka juga disebut Nāsatya (na+asatya, artinya "bukan kebohongan" atau sama dengan "kebenaran").
The Ashvins (Sanskrit: अश्विन aśvin-, dual aśvinau) 双马童 Shuāng mǎ tóng, in Hindu mythology, are divine twin horsemen in the Rigveda, sons of Saranya (daughter of vishwakarma), a goddess of the clouds and wife of Surya in his form as Vivasvat. The Ashvins are Vedic gods symbolising the shining of sunrise and sunset, appearing in the sky before the dawn in a golden chariot, bringing treasures to men and averting misfortune and sickness. They can be compared with the Dioscuri (the twins Castor and Pollux) of Greek and Roman mythology, and especially to the divine twins Ašvieniai of the ancient Baltic religion.
They are the doctors of gods and are devas of Ayurvedic medicine. They are called Nasatya (dual nāsatyau "kind, helpful") in the Rigveda; later, Nasatya is the name of one twin, while the other is called Dasra ("enlightened giving"). By popular etymology, the name nāsatya was analysed as na+asatya "not untrue"="true".
In the epic Mahabharata, King Pandu's wife Madri is granted a son by each Ashvin God and bears the twins Nakula and Sahadeva who, along with the sons of Kunti, are known as the Pandavas.
To each one of them is assigned the number 7 and to the pair the number 14. Ashvini is the name of an asterism in Indian astronomy, later identified with the mother of the Ashvins.
This asterism forms the first of the 27 asterisms that form the zodiac in Indian astronomy. This star is identified as Hamal, the brightest star in the constellation of Aries (Alpha Arietis)
The Ashvins are mentioned 376 times in the Rigveda, with 57 hymns specifically dedicated to them: 1.3, 1.22, 1.34, 1.46-47, 1.112, 1.116-120 (c.f. Vishpala), 1.157-158, 1.180-184, 2.20, 3.58, 4.43-45, 5.73-78, 6.62-63, 7.67-74, 8.5, 8.8-10, 8.22, 8.26, 8.35, 8.57, 8.73, 8.85-87, 10.24, 10.39-41, 10.143.
Bathara Aswan dan Bathara Aswin adalah dewa kembar, putra dari Bathara Sumeru, yang berarti masih keturunan Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain satu keturunan dari Bathara Sumeru, Bathara Aswi dan Bathara Aswin juga mengemban tugas kewajiban menjaga keselamatan umat di bumi dengan keahliannya masing-masing. Bathara Aswi adalah dewa yang khususnya memerangi segala macam penyakit yang berkembang di bumi, sedang Bathara Aswin adalah dewa yang menguasai ramalan segala sesuatu yang terjadi di dunia.
Bathara Aswi dan Bathara Aswin memiki sifat dan perwatakan, sabar, teliti, cerdas, setia dan patuh terhadap perintah. Atas perintah Sanghyang Manikmaya (Bathara Guru), Bathara Aswi dan Bathara Aswin turun arcapada (bumi) dengan perantaraan rahim Dewi Madrim --- putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari Negara Mandaraka ---, istri Prabu Pandudewanata raja negara Astina. Bathara Aswi sebagai Pinten atau Nakula, sedangkan Bathara Aswin menjelma sebagai Tangsen atau Sadewa. Keduanya merupakan satria kembar dari lima satria Pandawa.
Bathara Aswi dan Bathara Aswin adalah Dewa kembar, putra dari Bathara Sumeru. Dalam sejarah Parisawali, disebut dengan nama Aswa dan Aswi. Bathara Aswi adalah Dewa yang khusus memerangi segala macam penyakit yang berkembang di dunia, sedangkan Bathara Aswin adalah Dewa yang nmenguasai ramalan segala sesuatu yang terjadi di alam.
Atas perintah Sanghyang Manikmaya (Bathara Guru), Bathara Aswin menjelma kepada Nakula, dan Bathara Aswi menjelma kepada Sahadewa (Sadewa), kembar bersaudara dari Pandawa, putra Prabu Pandudewanata, yang dilahirkan dari Dewi Madri(m), adik Prabu Salya raja Mandraka.
Bathara Aswin oleh sebagian dalang dianggap kembaran Bathara Aswan. Sebagian lagi menganggap Bathara Aswan dan Bathara Aswin adalah satu tokoh yang menyatu dalam wujud Dewa Kembar. Mereka adalah putra Bathara Sumeru dengan Ibu Dewi Kurani.
Dewa Aswan dan Aswin dikenal juga sebagai Dewa Tabib karena ahli dalam obat-obatan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Mereka pernah menyembuhkan seorang penggembala bernama Utamanyu dari kebutaan yang dideritanya sejak lahir. Mereka juga pernah menghadiahkan umur panjang dan kembali muda kepada Maharsi Cyawana, setelah menguji kesetiaan istri pertapa tersebut yang benama Dewi Sukanya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar