Rabu, 22 Februari 2012

Jamu Gendong 16 - Sumbangan Terhadap Ekonomi Keluarga



PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI

SUMBANGAN WANITA PENJUAL JAMU GENDONG TERHADAP EKONOMI KELUARGA

Abstract
As part of economic activity, Jamu Gendong plays impatient role ini contributing household economic and public health. Therefore this research wants to reveal how much contribution of Jamu Gendong Women to household economic.

Objective
To desribe how much contribution of Jamu Gendong Women to household economic.

Method of Research
This research uses cross sectional approach with Survay method. Location of this research are traditional markets and regencies with Jamu Gendong Women. Thirty women are collected as sample for this resarch Data collected by indepth interview. Secondary data were collected from Kantor Dinas Pasar Semarang Municipality. Primary data were processed by descriptive-quantitative.

Result and Conclusion

Result
Lenght of work Jamu Gendong Women varies between 1 until 50 years with average 20,5 years and standard deviation 12,6 years. Mostly Jamu Gendong Women are from out town of Semarang Town (86,7 %). All the women have customers from 10 to 70 customers.

Jamu gendong sebagai salah satu sektor informal banyak ditemui di Kota Semarang dan nampak terjadi peningkatan dengan tidak membaiknya keadaan ekonomi negara. Oleh karena sumbangannya yang posifif dari segi ekonomi yaitu sebagai sumber pendapatan keluarga, maka perlu dikaji seberapa besar sebenarnya sumbangan pendapatan yang diperoleh wanita penjual jamu gendong terhadap ekonomi rumah tangga.

Tujuan Penelitian
Menggambarkan sumbangan pendapatan wanita penjual jamu gendong terhadap ekonomi rumah tangga.

Metode Penelitian 
Penelitian dengan pendekatan waktu cross sectional, dengan metoda penelitian adalah survei disertai kuesioner terstruktur.
Lokasi penelitian adalah pasar tradisonal besar dan kecamatan yang ada penjual jamu gendong. Sampel Penelitian adalah 30 orang Penjual jamu gendong. 

Variabel yang dikumpulkan : 
a.Karakteristik penjual jamu gendong. 
b. Sumbangan jamu gendong terhadap ekonomi keluarga.

Cara Pengambilan Data dan Metoda Analisis Data : 
Sampel diambil secara Purposive Sampling dengan jumlah sampel 30 penjual. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Data sekunder tentang nama-nama pasar di Kota Semarang diperoleh dari Kantor Dinas Pasar Kota Semarang. 2.Data primer diolah secara deskriptif kuantitatif.

Hasil dan Kesimpulan
  • Lama kerja wanita penjual jamu gendong antara 1 sampai 50 tahun dengan rata-rata 20,5 tahun dan standar deviasi 12,6 tahun. 
  • Sebagian besar berasal dari luar Kota Semarang (26 orang; 86,7 %). Semua responden memiliki langganan dengan jumlah langganan 10-70 orang dengan rata-rata 38,7 orang dan standar deviasi 15,6 orang.
  • Hasil bersih yang diperoleh wanita penjual jamu gendong antara Rp 300.000,00 perbulan hingga Rp 3.000.000 perbulan dengan rata-rata Rp 768.333,33 dan standar deviasi Rp 494.187,48. Rata-rata pengeluaran uang dah hash! jamu untuk membeli pangan sebesar Rp 323.571,43 perbulan dengan standar deviasi Rp 192 761,88. 
  • Rata-rata pengeluaran uang untuk nonpangan sebesar Rp 244.482,76 perbulan dengan standar deviasi sebesar Rp 263.423,02 . Rata-rata besar tabungan responden adalah Rp 50.172,41 perbulan dengan standar deviasi sebesar Rp 119.242,27 perbulan. 
  • Alokasi uang untuk kiriman ke tempat asal antara Rp 50.000,00 dan Rp 1.000.000,00 perbulan dengan rata-rata Rp 175.925,93 dan standar deviasi sebesar Rp 262.887,21.
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan :
  1. Rata-rata pendapatan bersih wanita penjual jamu gendong perbulan adalah Rp 768.333,33 perbulan. 
  2. Sumbangan wanita penjual jamu gendong terhadap ekonomi keluarga berupa pengeluaran untuk pangan, nonpangan, tabungan dan kiriman dengan nilai rata-rata perbulan masing-masing adalah sebagai berikut Rp 323.571,43; Rp 244.482,76; Rp 50.17241; dan Rp 175.925,93.
Saran
Wanita penjual jamu gendong perlu mendapatkan perhatian lebih dan perlu diperhatikan faktor kebersihan pembuatan jamu, oleh karena itu perlu Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) Jamu Gendong.
Menurut WHO, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis and Critical Control Points, HACCP) didefinisikan sebagai suatu pendekatan ilmiah, rasional, dan sistematik untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan bahaya. Pada awalnya, prinsip HACCP dibuat untuk keamanan bahaya pangan, namun sistem ini akhirnya dapat diaplikasikan lebih luas dan mencakup industri lainnya. Aplikasi HACCP, terutama yang diperuntukkan bagi pangan, dilaksanakan berdasarkan beberapa pedoman, yaitu prinsip umum kebersihan pangan Codex, Codex yang sesuai dengan kode praktik, dan undang-undang keamanan pangan yang sesuai.
Hazard analysis and critical control points (HACCP)

>>> Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar