PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI  
 
Mengenal Keputihan - LEUKORRHEA  
I. PENDAHULUAN 
Leukorrhea (atau yang lebih dikenal dengan keputihan) dan keluhan gatal yang  menyertainya merupakan keluhan yang sering menjadi alasan seorang wanita untuk  berobat ke bagian ginekologi. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka yang  mengkhawatirkan dirinya mengidap penyakit menular seksual ataupun keganasan. 
Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita dewasa atau  menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita acapkali mengganti pakaian  dalamnya atau menggunakan pembalut. Leukorrhea biasanya disertai dengan keluhan  lain seperti perasaan gatal, rasa panas pada alat kelamin maupun nyeri sewaktu  bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat, namun banyak  penderita yang tidak menghiraukannya.  
 II. DEFINISI 
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar  dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan  darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang  kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang  sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya warna sekret  bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan  merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.  
III. PATOFISIOLOGI 
A. Sumber Cairan 
 
1) Vulva 
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi  penderita mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut.  Cairan ini dapat berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai peranan penting  dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva berupa lendir yang meningkat pada  aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral tempat  bermuaranya saluran Skene.  
2) Vagina 
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari  permukaan secara transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang  diproduksi oleh mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.  
3) Serviks 
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah,  jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi.  Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena pengaruh hormon, juga  disebabkan oleh hiperemia.  
4) Uterus 
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase  postovulasi dan sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil  sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam hal vaskularisasi, kelainan faktor  endokrin, adanya neoplasma atau infeksi.  
5) Tuba 
Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu  misal salpingitis yang kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke  vagina.  
B. Komponen Sekret Vagina yang Normal 
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit,  mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein  dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret  vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks  dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme  yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya  terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam  jumlah kecil.  
C. Pengaruh Hormon Seks 
Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon seks. Peningkatan  volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah ovulasi, dalam hal  ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen meningkatkan kadar glukosa  dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen meningkatkan pergantian  glikogen atau kandungan glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat  mempengaruhi jenis organisme yang mengkolonisasi epitel. Sehingga wanita  premenarche dan pasca menopause lebih banyak mempunyai bakteri anaerob daripada  wanita menstruasi. Wanita dalam masa reproduksi mempunyai lebih banyak bakteri  fakultatif yang sebanding termasuk laktobasilus daripada wanita dengan kadar  estrogen rendah.  
D. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina 
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora  vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen epitel vagina pasti  meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan  wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina  menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak  hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat  tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai  substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga menggunakan  glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan  organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya laktobasilus mungkin  menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi laktobasilus  vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme  sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk  menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat  pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan  organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di  antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena  pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan  pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan  laktobasilus dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang  anaerob akan berproliferasi.  
 E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina 
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri  tertentu untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu  dengan lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya  mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora normal yang menempel pada  sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan  menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan paling sedikit  dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat  yaitu glukosa dan glikogen. Kedua dengan menghasilkan produk metabolik yang  menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang berpotensi patogen. Analog  dengan mikro flora oral, vagina mungkin mengandung banyak ekosistem mikroba  tersendiri, yang bervariasi dalam jarak beberapa milimeter di dalam epitel  vagina.  
F. Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal 
Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan  pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5  kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari  vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak  bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol adalah spesies laktobasilus,  korinebakteria, streptokokus, stafilokokus epidermis dan Gardnerella vaginalis.  Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu organisme fakultatif dan  salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli,  merupakan organisme koliformis virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan  dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara  sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah peptostreptokokus,  peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang ditemukan  secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita. Candida albicans,  organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis  terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat pada 50-70% wanita  asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan  keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman  tertentu. 
 
G. Mekanisme Infeksi Vagina 
Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang  berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada  kasus monilia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis  nonspesifik, berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan  gejala. Pada mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui  hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas  vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul  bila hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi  dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin dan komponen respon  peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari  respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans.  Organisme tertentu yang menarik leukosit termasuk T. vaginalis, menghasilkan  sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis nonspesifik, baunya disebabkan  oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob.  Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat berbau busuk. Lainnya  seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh karena efek vasodilatasi  lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita dengan non spesifik  vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara  yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering  disebabkan oleh N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena  organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan  endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam  vagina melalui serviks.  
IV. ETIOLOGI 
Tujuan pertama adalah membedakan sekret vagina fisiologis atau patologis, dengan  kriteria klinis, laboratorium dan mikrobiologi. Setiap penyakit atau kelainan  dari organ seperti vagina, serviks, uterus, tuba dapat menimbulkan gejala  lekore.  
A. Lekore Fisiologis 
Basanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara yang  disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam dan  tidak berbau. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari  endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang  bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus  doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh  lactobacillus dan metabolisme glikogen pada sel epitel vagina.   
 Lekore fisiologis  berasal dari transudat vagian, lendir serviks dan lendir kelenjar bartholin dan  skene dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain: 
-   
Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh  estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi  
-   
Premenarche (sebelum   haid yang pertama)  
-   
Saat sebelum dan sesudah haid  
-   
Saat atau sekitar ovulasi  
-   
Kehamilan  
-   
Faktor psikis  
-   
Rangsangan seksual pada wanita dewasa  
-   
Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan,  kegemukan, usia tua > 45 tahun.  
 B. Lekore Patologis 
Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika  membasahi pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun  perubahan warna. Lekore patologis dapat disebabkan oleh:  
 1) Infeksi 
Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi vagina  (vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah  hubungan seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau  jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan disuria, nyeri perut atau pinggang.  Sebab lain masuknya kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam, pertolongan  persalinan atau abortus, pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena  pencucian vagina yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada  anak-anak sering karena higienis yang kurang baik. 
 Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah: 
- Infeksi bakteri  
- Neisseria gonorrhoeae : Gonorrhoe
 
- Chlamydia trachomatis : infeksi Chlamydial
 
- Gardnerella vaginalis : vaginosis
 
- Mycoplasma hominis 
 
- Ureaplasma urealyticum : Mycoplasmosis
 
  
- Infeksi virus  
- Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)
 
- Poxvirus : Moluscum contagiosum
 
- Papovavirus : Condyloma
 
  
- Infeksi jamur  
- Candida albicans : Kandidiasis
 
  
- Infeksi protozoa  
- Trichomonas vaginalis : Trikomoniasis
 
- Entamoeba histolytica : Amoebiasis vaginae
 
  
- Infeksi cacing  
 
 Lebih jelas lagi mengenai beberapa infeksi yang sering adalah sebagai berikut: 
 
INFEKSI PADA VAGINA 
Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan batang gram  positif, yaitu Lactobacillus acidophillus.  Bakteri ini dapat mempertahankan  ekosistem vagina dengan 3 cara: - Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu 4  (rata-rata 3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen
 
- Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob
 
- Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina,  sehingga menghalangi penempelan patogen.
 
  
Gambar 1. Pewarnaan gram pada sekret vagina normal  Infeksi Jamur 
Kandidiosis vulvovaginal (KV) 
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida  spp terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami  kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini  hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaan-keadaan yang  mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi,  pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.  
Gambar 2. Gambaran Mikroskopis Candida albicans  
Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV) adalah : 
- gatal-gatal, rasa terbakar, atau pembengkakan pada labia dan vulva
 
- keluarnya cairan yang tebal berwarna putih atau kekuningan
 
- hubungan seksual yang menyakitkan
 
- nyeri dan rasa terbakar saat buang air kecil
 
  
Gambar 3. Vagina dengan Fluor albus - Pada pemeriksaan spekulum tampak  cairan vagina dengan jumlah yang  bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah
 
  
Gambar 4. Pemeriksaan vagina dengan spekulum - Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada  penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding  vagina tampak gumpalan putih seperti keju.
 
- Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5
 
   
Infeksi Protozoa 
Trichomoniasis 
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa  yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T.  vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada  uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.  
Gambar 5. Gambaran mikroskopis Trichomoniasis   Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan  pelindung (kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga  ditularkan melalui perlengkapan mandi (handuk).  
Gejala klinis : 
- Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
 
- Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50%  penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan  dispareunia.
 
- Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva  dan vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum  terasa nyeri, dan dinding vagina tampak eritem
 
- Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis,  yaitu berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
 
- Pemeriksaan pH vagina >4,5
 
  
Gambar 6. Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis  Infeksi Bakteri 
Vaginosis Bakterial (VB) 
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat  pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh  bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp,  Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial merupakan penyebab  vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita yang masih aktif secara  seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan  seksual. Gejala klinis : 
- Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
 
- Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama  setelah melakukan hubungan seksual
 
- Pada pemeriksaan didapatkan jumlah  cairan vagina tidak banyak, berwarna  putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina
 
 Gambar 7. Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial - Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi
 
- Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada  cairan vagina tercium  bau amis (whiff test)
 
- Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel  epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur  (clue cells) 
   
  INFEKSI PADA SERVIKS 
Servisitis Gonore 
Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae pada traktus  genitalis dan organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring, rektum, kulit,  persendian, serta organ dalam. Ditularkan melalui hubungan seksual. Pada wanita,  N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai kanalis servikalis. Selain itu dapat  mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjar bartholini. Masa inkubasi  bervariasi, umumnya 10 hari. 
Gejala klinis : 
- Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore
 
- Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau  perdarahan intermenstrual
 
- Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan cairan serviks  yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat  pengambilan bahan pemeriksaan Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis
 
  
Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan  gonore. Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi oleh C.  trachomatis adalah endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent  sexually transmitted disease). 
 
Gambar 8. Gambaran Mikroskopis Chlamidia trachomatis 
 Gejala klinis : 
- Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan  keluhan servisitis gonore, yaitu adanya  cairan vagina
 
- Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai     cairan serviks  yang mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat  pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks
 
  
Gambar 9. Gambaran pemeriksaan spekulum pada infeksi Chlamidia trachomatis  2) Benda asing 
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun  tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin  pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat  kontrasepsi seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.  
3) Hormonal 
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan  adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh  dari luar misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita  sedang dalam pengobatan hormonal.  
4) Kanker 
Pada kanker sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah terjadi  kerusakan sel, Pada carcinoma cervix terjadi pengeluaran cairan yang banyak  disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan dari sel yang rusak dan  seringkali diseertai darah yang tidak segar akibat pecahnya pembuluh darah yang  bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut.  
 5) Vaginitis atrofi 
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang  menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya  pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang,  tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di  vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina sehingga  mudah terluka dan terinfeksi 
 
V. DIAGNOSIS 
Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh : 
- Anamnesis
 
Dengan anamnesis harus terungkap apakah lekore ini termasuk fisiolgis atau  patologis. Selain disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga kemungkinan  ada benda asing atau neoplasma 
- Pemeriksaan klinis
  Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan,  warn, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok  khusus). Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk  pemeriksaan laboratorium 
- Pemeriksaan laboratorium
  Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk  kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan  dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke  arah gonore tetapi hasil pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis  dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia. 
  
Diagnosis penyebab infeksi: 
1) Trikomoniasis 
-   
Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa   cairan vagina yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus  dan perdarahan intermestrual  
-   
Jumlah lekore banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret  putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa  (foamy). Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi.  Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.  
-   
Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)  
-   
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis  terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan  mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)  
 2) Kandidosis vulvovaginal 
-   
Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau   
-   
Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan  bisa banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti  susu pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage  cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi,  psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular  
-   
Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)  
-   
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan  gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang  kadang hifa asli bersepta  
  
3) Vaginosis bacterial 
- Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu  berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik
 
- Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang  sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding  vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.
 
- Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
 
- Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi
 
  
4) Servisitis Gonore 
- Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang  berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada  pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana
 
- Cairan serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan  mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.
 
- Laboratorium: kultur
 
- Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan  diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler
 
  
5) Klamidiasis 
- Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan
 
- Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)
 
- Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
 
- Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer   dan badan retikulat
 
  
VI. TERAPI 
1. Trikomoniasis 
- Pilihan utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari.
 
- Jangan diberikan pada wanita hamil, terutama trimester I
 
- Pilihan lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
 
- Dapat diberikan pada wanita hamil.
 
- Partner seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus  genitourinarius dan pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal
 
 2. Kandidiasis 
- Pilihan utama:  
- Klotrimazol 100mg/hari selama 7 hari
 
- Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari
 
  
- Pilihan lain :  
- Tiokonazol 300mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
 
- Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari
 
  
 3. Vaginosis bakteri 
- Pilihan utama: Metronidazol 3x 250mg/hari, oral selama 7 hari
 
- Pilihan lain : Ampisilin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari
 
 4. Gonore 
- Pilihan utama : Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari
 
- Pilihan lain :  
- Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
 
- Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral
 
- Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
 
- Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral 
 
  
 5. Klamidiasis 
- Pilihan utama : Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari 
 
- Pilihan lain :  
- Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
 
- Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau   4x250 mg/hari per os selama 14 hari
 
  
 DAFTAR PUSTAKA -   
Berek, Jonathan S., et all. 1996. Novak’s Gynaecology. Twelfth Edition.  Baltimore: Williams & Wilkins  
-   
Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual.  Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.   
-   
De Charney Alan H,M.D. 2003. Current Obstetric dan Gynaecology Diagnosis and  Treatment. New York: McGraw-Hill  
-   
Freedberg, Irwin M., et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology in General  Medicine. Sixth Edition. New York: McGraw Hill  
-   
Ginekologi. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran  Universitas Padjadjaran  
-   
Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan (Lekore). Dalam  Kumpulan Makalah Simposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah Terkait dalam  Rangka Lustrum VII FKUP & HUT RSHS ke-69. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan  Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin  
-   
Plourd, David M. 1997. Normal Vaginal Ecosystem Physiology. in Medscape  General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005  
-   
Plourd, David M. 1997. Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis .  in Medscape General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005  
-   
Shaw, Robert W., W. Patrick Soutter, Stuart L. Stanton. 2003. Gynaecology.  Third Edition. London: Churchill Livingstone  
-   
Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi  Judistiani. 1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr.  Hasan Sadikin. Edisi ke II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi  FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin  
  |