PULIH MARI BALI WUTUH PURNA WALUYA JATI Tionghoa dalam Revolusi Jamu Jawa 11 Desember 2011 JAMU mulai beroleh tempat terhormat. Ramuan herbal dari  Indonesia itu, kini telah diakui sebagai salah satu metode pengobatan alternatif  oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Jamu juga dilirik oleh kalangan medis  untuk dimasukkan dalam daftar obat resep dokter. Tentu ini perkembangan yang menggembirakan, sebab jika  ditengok ke belakang, ”pemartabatan” jamu memerlukan proses yang amat panjang.  Seperti kita tahu, cikal bakal jamu telah ada sejak masa prasejarah. Ia  merupakan satu dari sekian produk kebudayaan tertua yang dikembangkan manusia.  Berburu dan meramu dapat dijelaskan sebagai aktivitas mengumpulkan makanan dan  obat-obatan. Namun artefak tertua yang menyebut keberadaan jamu baru  muncul pada 772 Masehi. Ia terpapar di salah satu panel relief Candi Borobudur.  Dokumen mengenai jamu yang lebih lengkap termuat dalam rontal Usada di Bali.  Dokumen yang ditulis pada peralihan milenium pertama itu memuat semacam rumusan  dan ekstraksi dari rupa-rupa tanaman obat. Meski demikian, masyarakat yang hidup  pada masa itu lebih mengenal jamu sebagai medium penyembuh yang digunakan dukun. Dalam perkembangannya, kalangan keraton mulai membukukan  formulasi obat dari bahan alami itu. Keraton Kasunanan Surakarta misalnya, pada  1858 menerbitkan Bab Kawruh Jampi Jawi yang berisi 1.734 formulasi  herbal. Dalam rentang waktu yang panjang, pengolahan jamu hanya dilakukan dengan  cara sederhana, yakni ditumbuk dan direbus. Komodifikasi jamu mulai berlangsung sejak era Majapahit. Hal  itu terungkap dari Prasasti Madhawapura yang memuat istilah ”acaraki”  yang berarti peracik jamu. Proses itu kian masif pada masa Mataram Islam. Jamu  yang dibuat oleh peracik, dijajakan berkeliling dengan cara dipikul dan  digendong. Era bisnis jamu yang lebih maju dimulai pada abad ke-19.  Seorang perempuan keturunan bernama Nyonya Kembar membuka usaha pembuatan jamu  skala rumahan di Ambarawa pada tahun 1825. Berikutnya pada 1918, Phoa Tjong  Kwan memodifikasi usaha jamu istrinya di Wonogiri. Melalui perusahaan  bernama Djamoe Industrie Phoa Tjong Kwan (cikal-bakal Jamu Jago), lelaki  yang kemudian berganti nama menjadi TK Suprana itu menciptakan jamu berbentuk  serbuk. Inovasi tersebut bisa disebut sebagai revolusi dalam industri jamu.  Bentuk serbuk memungkinkan jamu diminum dengan cara lebih praktis dan diproduksi  dalam skala masif. Benar, setelah itu pabrik jamu bermunculan, sebut saja  
 Mereka berlomba merebut perhatian pasar dengan varian produk  dan bentuk jamu. Lalu muncullah jamu berbentuk kapsul, pil, tablet, dan cairan.  Tak berhenti di situ, jamu yang dikenal pahit pun dibikin manis, bahkan dengan  rasa buah-buahan. Di sisi lain, pengusaha berupaya meraih kepercayaan konsumen  melalui modernisasi produk dan pembuktian ilmiah. Hasilnya, jamu bisa diterima  kalangan atas. Sebagian produk jamu juga berhasil mendapatkan pasar di luar  negeri. Jika dicermati, sebagian besar pemain kunci yang berperan  dalam pengembangan jamu jawa justru berlatar keturunan Tionghoa. Fakta ini  dipertegas Denys Lombard dalam bukunya yang terkenal Nusa Jawa Silang Budaya.  Mengutip Parada Harahap, ia mengungkapkan bahwa pada menjelang Perang Dunia II,  sektor industri jamu hampir seluruhnya dikuasai oleh orang China.    Selain Nyonya Kembar dan TK Suprana, ada Lauw Ping Nio  (Nyonya Meneer), Tan Swan Nio (Jamu Iboe), Ny Rahkmat Sulistio (Sidomuncul),  serta The Tjhing Hay (Jamu Leo). Keterlibatan mereka dalam industri jamu harus  dibaca menggunakan kacamata ekonomi. Sebagai perantau yang gemar menggantungkan  hidup dari sektor bisnis, orang-orang Tionghoa itu pada awalnya hanya berpikir  praktis. Jamu di mata mereka memiliki pasar yang besar. Namun dalam  perkembangan, mereka dan generasi berikutnya melakukan serangkaian inovasi yang  membawa jamu jawa ke posisi terhormat. Lepas dari itu, industri jamu menghadapi tantangan berat.  Perdagangan bebas ASEAN-China (AC-FTA) yang diberlakukan sejak dua tahun lalu  mengancam kelangsungan sektor ini. Serbuan produk herbal impor yang sedemikian  dahsyat, mengurangi angka penjualan jamu. Dalam situasi semacam ini, pelaku  industri dituntut kreatif dan inovatif. Mereka harus menghasilkan produk jamu  yang lebih bisa diterima masyarakat, seperti telah dicontohkan TK Suprana,  Charles Saerang , dan Irwan Hidayat.   CRAKÈN 
  CRAKI
 Dagangan tanah Indhiya kang ngolèhaké kaoentoengan akèh iya  ikoe boemboe crakèn, moelané VOC. kepéngin banget mengkoe kapoelowan  Moloko, kang ikoe para nakoda padha diwangsit, soepaya merlokaké ngoedi bisané  nekem kepoelowan boembon crakèn maoe, yèn ora kena diloesi sarana  pradjangdjian iya kanthi wasésa. Ing saenggon enggon angger Compagnie bisa becik  karo ratoe bangsa boemi mesthi bandjoer nganakaké pradjangdjian bisané lengganan  adjeg (monopolie). Poelo Ambon (cengkèh) ikoe poelo kang dhisik dhéwé dadi  doewèking Compagnie. Ora soewé saka kecekelé poelo Ambon ing koewasané VOC.  poelo Bandha Néra (pala) lan Bacan iya bandjoer kena diregem. Marga enggoné menang perang ikoe, lakoe dagang boemboe crakèn katekem ing koewasané Compagnie, sabab ana ing endi endi, angger tanah woes kaayoman mesthi dilarangi lelawanan dedagangan karo bangsa liya kadjaba moeng karo VOC. dhéwé sarta regané dagangan dipasthi (monopolie). Phoa Tjong Kwan  Kartoepos DAI NIPPON dengan perangko 3,5 cent tjap pos  POERWOKERTO 27-9-03.  Ada iklan Djamoe Sari Penganten. Paberik Djamoe POA TJONG KWAN. Toko djamoe tjap  "DJAGO"  NY. Phoa Ting Goan pandai meracik, meramu berbagai macam jamu dari akar-akaran,  daun-daunan dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Karena itu dia mendapat julukan Nyonya  Dukun di Wonogiri. Suaminya, karena pekerjaannya sebagai kasir di kantor cukai  candu, disebut Baba Tukang Uang. Satu-satunya anak mereka bernama Poa Tjong  Kwan, karena berbakat wiraswasta, mendirikan perusahaan kecil yang, tentu saja,  menjual jamu Jawa dan rempah-rempah. Dari usaha kecil-kecilan itu lahir cap  Djago. Minggu lalu, 60 tahun kemudian di Semarang, cap Djago itu merayakan hari  jadinya. Resepsinya di Wisma Pancasila berlangsung meriah, dengan band musik  Djago sendiri. Dari Jakarta akhir minggu ini, menurut rencana, akan  didatangkannya pula Orkes Simfoni Remaja pimpinan Rudy Laban untuk melanjutkan  perayaan HUT Djago ini. Kini cap Djago sudah diusahakan secara industri oleh  keturunan Poa. Sesuai dengan zaman, pabriknya dilengkapi dengan laboratorium.  Produknya pun sudah meningkat ke kapsul. Kampanye promosinya sampai ke seluruh  pelosok Indonesia. Pemasaran oleh para agennya sampai ke Singapura, Malaysia dan  Pilipina. Malah di Negeri Belanda juga ada penggemarnya. BKKBN, badan resmi yang  mempromosikan KB, juga tertarik, tapi bukan karena jamunya, melainkan karena  capnya. Maka sudah sejak 1974 banyak bungkusan jamu cap Djago khusus dilampiri  kondom. Djago terjual, kontraseptif pun tersebar secara cuma-cuma. BKKBN,  menurut jurubicaranya, dengan demikian menghemat biaya penyebarannya, "apalagi  Djago mempunyai daya tarik tersendiri." Salah satu keturunan Poa, kini bernama  Panji Suprono, mengatakan kepada pembantu TEMPO Metese Mulyono: "Kini memang ada  persaingan. Tapi itu lumrah. Satu hal kami pertahankan: Mutu dan harga rendah."  Suprono ini adalah generasi ke-2 yang memimpin usaha Djago. Orangnya agak  tinggi, bertubuh kecil, mengenakan kacamata bening. Dia dan kaumnya tidak perlu  lagi turut meracik jamu. Namun mereka mengaku tidak lupa pada zaman Nyonya  Dukun.   MELIHAT ibunya meracik bahan jamu, Poa Tjong Kwan berpikir keras. Anak muda ini  menilai, cara konvensional yang dilakukan ibunya itu tidak praktis. Bahan baku  jamu, berupa dedaunan dan akar, bila dijual begitu saja akan merepotkan pembeli.  Lalu muncul gagasan untuk meracik jamu dalam jumlah besar. Tepatnya, memproduksi  secara masal. "Revolusi" pertama inilah yang melahirkan "Djamoe Djago". Sabtu  pekan lalu ulang tahunnya yang ke-70 diperingati secara besar-besaran di Hotel  Patrajasa, Semarang. Dan seperti biasa ada kejutan. Kali ini lewat kontes Jamu  Jago (JJ) dicetak prestasi baru: 19 anak dan pemuda beramai-ramai naik ke atas  satu sepeda, yang meluncur sejauh 200 meter. Rekor lama dibuat Jepang dengan 16  penumpang dan cuma mencapai 50 meter. Dan apa kata bos JJ? "Jamu Jago bukan  sekadar barang dagangan, tapi memiliki makna ganda: bisnis, budaya, dan  kemasyarakatan," demikian Jaya Suprana, Presiden DirekturJJ yang selalu punya  ide untuk kontes aneh-aneh itu. Jaya Suprana -- yang semula lebih terkenal  sebagai musisi dan tak disiapkan untuk duduk di pucuk pimpinan Jamu Jago --  tiba-tiba pada tahun 1972 dipanggil pulang dan Jerman Barat. Ternyata, ia  ditugasi ayahnya, Lambang Suprana, untuk menjabat direktur pemasaran JJ. Ia tak  bisa menolak -- ayahnya termasuk pemegang saham di JJ. Sepuluh tahun kemudlan  Jaya resmi diangkat menjadi Presdir JJ yang kini memiliki enam lokasi industri  satu di Solo -- seluas 4 hektar. Di bawah kepemimpinannya, JJ -- dengan 1.500  karyawan -- tampil lebih meyakinkan. JJ mencoba berbagai sarana promosi, baik  nasional maupun internasional, termasuk lomba-lomba aneh, seperti kontes siul,  kontes orang kate, sayembara kartun. Sejumlah tanda penghargaan internasional  diterima JJ, di antaranya dari Trade Leader's Club (Spanyol) dan International  Institut pour le Selection de la Qualite (Belgia). Seiring dengan itu "asset" JJ  dari tahun ke tahun makin membengkak. Omset JJ diperkirakan mencapai puluhan  milyar rupiah setahunnya -- 10 sampai 20 persen digunakan untuk promosi. Tak  cuma itu. Si Jago mengembangkan divisi Farmasi dan divisi Kosmetik. Lebih dari  150 jenis jamu mulai dari Pegal Linu, Galian Singset, Sari Rapat, sampai obat  kuat dipasarkan ke berbagai penjuru tanah air. Sementara itu, produk farmasi,  antara lain dupa, diekspor ke Malaysia dan Selandia Baru. Malaysia, sebagai  pasar jamu yang kuat, setiap bulannya membeli jamu tidak kurang dari Rp 200  juta. Dari negara ini pula kebutuhan jamu untuk Serawak, Sabah, Brunei, dan  Muangthai dipasok. Yang sekarang sedang dijajaki adalah Belanda. "Hambatan jamu  di tingkat internasional adalah ketidakpraktisan dan rasanya," tutur Jaya  Suprana. Maka, lahirlah "revolusi" kedua. "Tahun ini JJ akan mengeluarkan produk  baru yang praktis dan universal rasanya, biar orang asing mau minum Jamu. Tunggu  saja nanti," tambahnya optimistis. Sejalan dengan itu, mesin-mesin pengolah  modern secara bertahap didatangkan dari Taiwan dan Inggris. Mekanisasi memang  satu keharusan karena persaingan di antara perusahaan Jamu saat ini cukup ketat.  Tercatat sekitar 350 pabrik jamu besar dan kecil bernaung di bawah Gabungan  Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI). Ada tujuh perusahaan yang punya pangsa pasar  besar: Air Mancur, Nyonya Meneer, Jago, Sido Muncul, Mustika Ratu, Sari Ayu, dan  Jamoe Ibu. Kebanyakan perusahaan jamu dikelola oleh "orang dalam", tapi JJ  sebaliknya sudah lama menerapkan prinsip manajemen terbuka, tepatnya setelah  tongkat komando diserahkan Poa Tjong Kwan alias TK Suprana pada Anwar Suprana,  1936. Anwar, yang sebenarnya lebih suka foya-foya itu, secara menakjubkan,  mendobrak tradisi one man show dengan merekrut sejumlah mitra kerja.  Adik-adiknya diserahi tanggung jawab mengelola JJ. Perusahaan lalu berkembang  pesat. Sekitar akhir tahun 1940, dari Wonogiri pusat kegiatan dipindahkan ke  Semarang. "Selain lebih efektif, kota itu strategis, terletak antara Jakarta dan  Surabaya," kata Jaya Suprana. Belakangan masuk ke Solo. Aspek bisnis  bagaimanapun tetap nomor satu. Namun, agaknya JJ -- seperti yang dilakukan  sejumlah perusahaan terkemuka lainnya -- merasuk ke bidang kegiatan yang tak  hubungannya dengan usahanya. Antara lain memberikan penyuluhan KB, PKK,  beasiswa, dan olah raga (angkat besi, tinju, binaraga, dan angkat berat).  Yusroni Henridewanto (Jakarta) dan Nanik Ismiani (Yogya)   JAMU Jago ternyata masih tetap jago di tengah persaingan pasar jamu. Perusahaan  jamu berlambang ayam jago ini, yang merayakan hari jadi ke-75 di Tahun Jago  (1993), masih menguasai 60% pangsa pasar jamu di Indonesia. Bahkan, produksi  mereka juga sudah masuk pasar Malaysia, Brunei, Thailand, Taiwan, dan Belanda.  ''Setiap tahun, produksi kami terus meningkat 10 sampai 15 persen,'' kata  Presiden Komisaris Jamu Jago, Jaya Suprana, pekan lalu. Kunci sukses mereka,  menurut Jaya, adalah tanggap terhadap tuntutan konsumen dan berani membuat  terobosan. Resep itu rupanya resep turun-temurun. Poa Tjong Kwan mendirikan  usaha ini pada tahun 1918 karena melihat sistem penjualan jamu waktu itu tidak  praktis. Mula-mula Poa Tjong Kwan membantu meracikkan jamu untuk konsumen di  warung jamunya di Wonogiri, dan sukses. Setelah itu, ia melakukan terobosan lagi  dengan membungkus jamu racikannya sehingga konsumen tinggal menyeduhnya kapan  dan di mana saja. Produksi pertama jamu bungkusan ini, yang diberi nama Djamoe  Djagoe, hanya dua macam: jamu kesehatan untuk laki-laki dan jamu babon untuk  wanita. Waktu itu, Djamoe Djagoe sudah menembus pasar Solo, Yogya, Semarang,  Surabaya, dan Jakarta. Seusai perang kemerdekaan, anak-anak Poa Tjong Kwan  memindahkan usaha jamu keluarga ini ke Semarang, dan sukses pula. Jamu Jago,  yang memproduksi mulai jamu pegel linu sampai jamu sari rapet, mulai dikenal di  seluruh pelosok Nusantara. Di tangan generasi ketiga, di antaranya Jaya Suprana,  Jamu Jago membuat terobosan dengan mengubah rasa jamu. ''Kami membuat jamu yang  rasanya universal, tidak terlalu pahit, supaya orang asing juga mau meminum  jamu,'' kata Jaya. Pada era Jaya Suprana, Jamu Jago, setelah mengeluarkan 150  jenis jamu, juga memproduksi dupa (ratus) pengharum ruangan. Ratus Bondek buatan  Jamu Jago, menurut Jaya, sering dipesan untuk pengharum ruangan Istana Negara  dan Istana Merdeka di Jakarta. Pada hari jadi ke-75, Jamu Jago kembali membuat  gebrakan dengan mendirikan PT Dasa Gaya, yang bergerak di bidang farmasi. ''Ini  upaya kami untuk menandingi infiltrasi obat-obatan dari luar negeri,'' ujar Jaya  Suprana kepada wartawan TEMPO, Bandelan Amaruddin, di Semarang, pekan lalu.  Pabrik yang akan memakai label Degefarm ini akan memproduksi sekitar 40 jenis  obat penyakit rakyat: obat cacing, pilek, demam, diare, sampai obat sakit  kepala. Pabrik Degefarm, yang juga berlokasi di Semarang, akan mulai berproduksi  pada April 1994. Nama Jamu Jago tetap melekat di hati masyarakat tak cuma semata  karena jamu. Jaya Suprana juga mengabadikan nama perusahaan lewat Museum Jamu  dan Museum Rekor Indonesia serta kegiatan olahraga dan kegiatan sosial lainnya.  Perusahaan Jamu Jago, antara lain, dikenal aktif membina cabang bina raga dan  angkat berat, yang miskin sponsor, dan juga memberikan beasiswa bagi anak-anak  tak mampu yang berprestasi tinggi di sekolah. Dalam waktu dekat ini, terobosan  yang ingin dilakukan Jaya bersama Jamu Jago adalah mendirikan lembaga pendidikan  pengobatan tradisional. Di Cina dan India, kata Jaya, pendidikan pengobatan  tradisional bisa dikembangkan dan diakui oleh kalangan medis. Siapa tahu, kelak,  pengobatan tradisional kita diperhitungkan orang seperti pengobatan tradisional  Cina. Bambang Sujatmoko (Jakarta) dan Bandelan Amarudin (Semarang)   |   
>>> Daftar Jamu Godog Kendhil Kencana



SAYA MAS ANTO DARI JAWAH TENGAH.
BalasHapusDEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI BODAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI BODAS DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI BODAS…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI BODAS<=…
>>>085-320-279-333<<<
SAYA MAS ANTO DARI JAWAH TENGAH.
DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI BODAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI BODAS DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI BODAS…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI BODAS<=…
>>>085-320-279-333<<<